Selasa, 12 Mei 2015

بسم الله الرحمن الرحيم JEJAK SEJARAH F I L S A F A T YUNANI KUNO YUDI PRAYOGA JEJAK SEJARAH FILSAFAT YUNANI KUNO CSSMoRA PRESS KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat berhasil menyusun buku dengan judul sejarah filsafat. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang karena atas perjuanganya, mendatangkan pencerahan-pencerahan bagi umat manusia hingga akhir zaman, sehingga melahirkan ulama-ulama dan cendekiawan muslim yang intelek, arif, serta a’lim. semoga kita juga tetap menjadi umat yang terbaik dan mendapat syafaatnya kelak di yaumil qiyamah. Amin ya rabbal alamin Berfilsafat adalah berfikir radikal, radix artinya akar, Sehingga berfikir radikal adalah berfikir mendasar ke akar suatu masalah, mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas fisik yang ada, mengembara memasuki area di luar fisik. Berfilsafat adalah berfikir dalam tahap makna, maksudnya adalah ia mencari makna dari sesuatu, berfikir dalam tahap makna artinya mencari makna terdalam dari sesuatu, yang berada dalam kandungan sesuatu itu. Dalam filsafat, seseorang mencari jawaban dari sesuatu bukan hanya dengan memperlihatkan penampakan semata, melainkan menelusurinya lebih jauh di balik penampakan, dengan maksud menentukan sesuatu yang di sebut nilai dari sebuah realitas yang ada. Alhamdulillah dalam kesempatan ini penulis sangat berterima kasih kepada dosen filsafat, yang terhormat bapak Afgoni, yang telah memberikan tugas kepada kami, berkreasi menciptakan sebuah buku tentang filsafat, yang ditujukan untuk memenuhi ujian mata kuliah filsafat semester II. Dengan adanya tugas tersebut kita di latih bukan hanya membaca karya orang tetapi karya kita dibaca orang. Meskipun tidak sebagus buku-buku yang ada, tetapi setidaknya kita berusaha untuk menjadi yang terbaik. Semoga buku yang ditulis ini mendapat ridho dari Allah SWT, dan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Akhirnya tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan buku ini yang pasti di dalamnya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Mohon di maklumi dan penulis menghimbau membuka dengan lebar dari kritikan dan saran yang kontruktif dari para pembaca untuk penyempurnaan buku ini. semoga bermanfaat untuk semuanya. Amin ya rabbal alamin. Yudi Prayoga Bandung 2014 DAFTAR ISI PENDAHULUAN----- 5 Latar Belakang----- 5 BAB 1 FILSAFAT----- 14 A. Pengertian Filsafat---- 14 B. Obyek Filsafat----- 18 C. Cabang-cabang Filsafat----- 19 D. Motivasi Timbulnya Filsafat----- 19 E. Faedah Mempelajari Filsafat----- 19 F. Sistematika Filsafat----- 21 G. Aliran-aliran dalam Filsafat----- 22 BAB II SEJARAH FILSAFAT Periode Purba----- 25 A. Zaman Batu----- 25 1. Mesir Kuno----- 26 2. Tiongkok----- 28 Periode Yunani----- 30 A. Filsafat Masa Yunani Kuno----- 30 1. Sejarah filsafat Yunani Kuno---- 46 2. Masa Awal Filsafat Yunani Kuno----- 50 3. Zaman Keemasan Yunani Kuno----- 90 B. Masa Helenitas dan Romawi----- 112 1. Periode Etik----- 117 a. Epikuros----- 118 b. Stoisisme----- 123 c. Skeptisisme---- 128 Skeptisime Pyrrhon----- 130 Skeptisime Akademia----- 131 2. Periode Religi----- 133 a. Aliran Neo Pythagoras----- 135 b. Philon Alexandria----- 137 c. Neo Platonisme----- 139 BAB III KESIMPULAN----- 144 Analisis----- 144 Daftar Pustaka----- 148 Biografi----- 150 PENDAHULUAN Latar belakang Pembimbing ke filsafat tak akan lengkap tanpa sepatah kata tentang perkembangan filsafat sepanjang sejarah. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. Jadi, sejarah filsafat itu belumlah “filsafat”, sejarah filsafat hanyalah “sejarahnya” Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Seringkali persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat dari perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Thomas Aquino, Immanuel Kant itu hanya dapat dimengerti dari aliran-aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya merupakan reaksi atau syintetis dari aliran lain. Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa ini berasal dari zaman Filsafat berasal dari Greek, secara filologis derivasinama filsafat dari kata philen/pilos (cinta), shopos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term: ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Filsafat umum sangat banyak sejarahnya, diantaranya adalah filsafat yunani kuno, filsafat islam, filsafat modern, filsafat abad ke-19 dan 20, aliran-aliran filsafat dan sebagainya.Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; sophia juga berarti kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM), Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi yang pertama menggunakan kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM). Sebagai reaksi terhadap cendekiawan pada masanya yang menanamkan pada dirinya ”Ahli Pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai dengan manusia. Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencangkup keseluruhanya. Oleh karena itu kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan. Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang mengatakan bahwa Heraklitos-lah yang menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosophos (ahli filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada kaum sofis dan sokrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang disebut philosophein, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein. Dari kataPhilosophia inilah akhirnya timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.Mempelajari filsafat tidak akan pernah lepas dari bagaimana asal mula filsafat itu muncul. Dan untuk mengetahui bagaimana asal mula filsafat itu muncul,maka kita perlu mempelajari bagaimana sejarahnya. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. Jadi, sejarah filsafat itu belumlah “filsafat”,sejarah filsafat hanyalah “sejarahnya”. Bebicara tentang sejarah kelahiran dan perkembangan filsafat, tentu tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat, biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikiranya berpangkal pada pemikiran yunani. Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memiliki keraguan atas mitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu,baik alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad. Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkan ”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dan mendalam. Syekh Mustafa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaina kata-kata filsafat di kalangan muslim, maka berkesimpulan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab dipakai dalam arti ”Filsafat dan Filosof” dan sebaliknya, maka mengatakan hukama-ul-islam atau Falasifatul-Islam. Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan metode-metode berfikirnya. Allah berfirman: QS Al-Baqoroh (2): 269: Allah memberikan hikamah kepada orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang di beri hikmat, maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali. Datangnya hikman bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari aqal dan hati, atau dengan kata-kata lain, dengan mata hati dan fikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeliling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikanya, karena itu Allah mengajak melihat dan berfikir kepada kita: QS Adz-Dzariyat (50) 20,21. Allah berfirman: ”pada bumi ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang yakin, apakah kamu tidak mengetahui. konon orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Thales (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah yang digelari Bapak Filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu: apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab: air. Setelah itu silih bergantilah filosof sezamanya dan sesudahnya mereka mengajukan jawabanya. Semakin lama persoalan yang dipikirkan manusia semakin luas, dan semakin rumit pada pemecahanya. Buah piikiran ”yaitu hasil kerja aqal” yang mulai mengagetkan manusia awam barangkali pertama kali dilontarkan oleh Heraclius (Heracleitus) yang hidup pada sekitar tahun 500-an SM, yaitu tatkala ia berkata bahwa sesungguhnya yang sungguh-sungguh ada , yang hakikat, ialah gerak dan perubahan. Jadi, bila orang awam melihat sebuah patung dini hari yang diam, sesungguhnya patung itu bergerak dan berubah terus; demikian Heraclitus. Indera kitalah yang tertipu atau yang menipu. Kemudian filosof lain , orang Yunani juga, berhasil menyusun argumentasi untuk membuktikan sebaliknya yang hakikat, yang sungguh-sungguh ada, ialah diam, tetap, tak berubah, tak bergerak. Kemudian muncullah Zeno, juga orang Yunani, yang lahir pada kira-kira tahun 490 SM. Inilah awal dari kemunculan pemikiran sofisme. Ia berhasil membuktikan bahwa ruang kosong itu tidak ada; pluralitas (jamak) itu juga tidak ada; gerak tidak ada. Jadi semua pandangan orang awam ketika itu menjadi goyah. Inilah salah satu karya akal yang hebat itu: kebimbangan. Lalu muncul tokoh sofisme terbesar, yaitu Protagoras. Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya. Inilah rumus relativisme. Kebenaran telah direlatifkan. Yang benar ialah yang benar menurutku, menurutmu; kebenaran objektif tidak ada. Pemikiran relatifisme ini mempengaruhi keyakinan agama orang Athena dan menjadikanya tidak ada kebenaran yang pasti tentang etika, metafisika juga tentang agama. Menghadapi keadaan ini, mucul orang Yunani juga, yang bernama Socrates. Hidup kira-kira tahun 470-399 SM. Ia orang yang taat beragama, meyakini dasar-dasar pengetahuan. ia berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada, itu dapat dipegang. Kebenaran yang relatif memang ada juga. Ia mengajak kembali orang-orang Athena untuk mempercayai kebenaran objektif, dan kembali meyakini agamanya. Metode yang digunakan yaitu dialektika, bercakap-cakap, berhasil membuktikan kebenaran objektif. Itulah esensi-esensi di dalam definisi atau pengertian umumnya. Ini merupakan penemuan Socrates yang terpenting. Akan tetapi hasil ini harus ditebus dengan hukuman mati meminum racun, melaksanakan keputusan pengadilan Athena. Usaha Socrates diteruskan oleh Plato. Ia adalah teman dan murid Socrates. Dengan mengangkat esensi pada pengertian umum Socrates menjadi idea, kebenaran objektif semakin dikukuhkan. “kegaduhan” dalam penggunaan akal dapat diredakan. Setelah itu, filsafat memasuki periode yang panjang sekali, kira-kira 1.500 tahun. Atau disebut dengan Abad Pertengahan. Filsafat periode ini dipengaruhi oleh Kristen. Pemikiran filsafatnya tidak banyak menghasilkan penemuan, karena direm oleh orang-orang Kristen atas nama Agama Kristen. Akal dikengkang dan dikungkung secara keterlaluan oleh agama Kristen, itulah sebabnya periode ini disebut juga periode skolastik, dan filsafatnya disebut skolastisme. Dengan rumusan utamanya credo ut intelligam. Dan seolah-olah periode “balas dendam” terhadap merajalelanya akal pada masa sebelumnya. Pada akhir periode ini, seorang pemikir yang dijuluki Bapak Filsafat Modern yang bernama Rene Descartes lahir pada tahun 1596-1650 M. Pemikiranya yang paling utama adalah melepaskan diri dari pengaruh agama Kristen dan menghidupkan kembali rasionalisme, tradisi Yunani. Karena ini, gerakanya disebut juga dengan gerakan renaissance. Dan perkembangannya lebih cepat daripada masa Yunani. Francis Bacon (1561-1626), tertarik pada indukasi yang rumit. Mungkin terpengaruh Descartes. Dan merupakan dasr metode ilmiah (metode sains) sebagai kemajuan sains. Metode ini telah disebar luaskan lama sebelum itu. Akal berkuasa lagi untuk ke-dua kalinya. Pada Spinoza keyakinan akal lebih dikentalkan. Ia mengatakan bahwa alam semesta ini adalah laksana sistem matematika dan dapat digambarkan secara apriori. Tetapi, pada hobbes rasionalisme Bacon berkembang menjadi ateisme dan materialisme yang tegar: yang ada hanyalah atrom dan kekosongan. Halvetius dan Holbach menjadikan ateis begitu populer di Prancis. La Mettrie menawarkan pemikiran ini di Jerman. Dan pada tahun 1784 Lessing mengumumkan bahwa ia menjadi pengikut Spinoza. Inilah kemenangan akal kedua. John locke (1632-1704) telah mengeluarkan pembahasan tentang akal dalam bukunya, Essay on Human Understanding (1689). Sekalipun ia seorang Kristen yang taat, ia lebih dapat menerima materialisme. Tidak demikian kata uskup George Berkeley (1684-1753). Justru argumen Locke itu membuktikan bahwa materalisme itu tidak ada, yang ada hanyalah jiwa (mind); materialisme garus ditolak. Lebih gaduh lagi Hume (1711-1776), menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada, yang ada hanyalah materialisme. Akhirnya kaidah sains guncaang, keyakinan agama goyah. Sipakah yang akan menjadi ”Juru Selamat” yang kedua. Tatkala Kant membaca tesis Hume pada tahun 1775, ia terguncang dan menjadi ragu terhadap sains dan dasar-dasar agama. Rousseou (1712-1778) berjuang melawan materialisme dan atheis di Prancis. Lalu Kant menyusun argumen dengan cara menyatukan ide Berkeley dan Hume serta perasaan dari Rousseau. Argumenya ditulis dalam dua buah buku utama, Critique of Pure Reason dan Critique of Practical Reason. Dan Kant berhasil menyelamatkan sains dan agama dari gangguan akal seperti Socrates kira-kira 2.000 tahun sebelumnya. BAB I FILSAFAT I. PENGERTIAN FILSAFAT Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka. a. Menurut Harun Nasution: filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. b. Menurut Plato( 427-347 SM): filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada c. Menurut Aristoteles (384-322 SM): yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. d. Menurut Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. e. Menurut Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. f. Menurut Immanuel kant (1724 – 1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu (1) apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika) ,(2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan etika), (3) Sampai dimanakah pengharapan kita (dijawab dengan agama) (4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi) g. Menurut Harold H.Titus mengemukakan 4 pengertian filsafat. adalah : (1) satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (Philosophy is an attitude toward life and the universe) (2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah (Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquired) (3) Filsafat adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems) (4) Filsafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of thouhg. h. Menurut Prof. Dr. Fuad Hassan guru besar psikologi universitas Indonesia menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan kesimpulan yang universal i. Menurut Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna. j. Menurut Ikwanushafa bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat, pertama cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud, menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai ilmu mengenai lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu: matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai bagian: 1. mengenal Tuhan, 2. ilmu kerohanian yaitu malaikat, 3. ilmu kejiwaan, 4. Ilmu politik (politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum, politik khusus) 5. ilmu akhirat. k. Menurut Ibnu Sina Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah: 1. ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dati sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. 2. ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan. l. Menurut Al-Kindi, dikalangan kaum muslimin , orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :(1)Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda (2) al-ilm-urriyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah (3) ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali. II.OBYEK FILSAFAT 1. OBYEK MATERIAl FILSAFAT Ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokok (1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dam (3) hakikat manusia 2. OBYEK FORMA FILSAFAT ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat. III.CABANG- CABANG FILSAFAT (1) Epistemologi (filsafat pengetahuan) (2) Etika (Filsafat Moral) (3) Estetika (filsafat Seni) (4) Matafisika (5) Politik (Filsafat pemerintahan) (6) Filsafat Agama (7) Filsafat ilmu (8) Filsafat Pendidikan (9) Filsafat Hukum 10 Filsafat Sejarah 11 Filsafat matematika IV .MOTIVASI TIMBULNYA FILSAFAT 1. Dongeng, tahayul (mite) ada yang kritis ingin tahu kebenaran mite itu (zaman awal Yunani) 2. Keindahan Makroskosmos , ingin tahu rahasia alam. Ketakjuban sikap lahir dalam bentuk bertanyaàkebenaran/pertanyaan menjadi serius dan penyelidikan yang bukan sembarangan pertanyaan sistematis filosof Ultimate Question : contoh Thales ” what is the nature of the world stuff?” (-) water is the basic principle of the universe (+) 3. Penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian Sangsi (ragu) : percaya, sangsi, tidak percaya pikiran akan bekerja pikiran membentur-bentur menggelisahkan (problema). V. FAEDAH MEMPELAJARI FILSAFAT 1. Terlatih berfikir serius 2. Mampu memahami filsafat 3. Memungkinkan menjadi filosof 4. menjadi warga negara yang baik VII. CARA MEMPELAJARI FILSAFAT 1. Metoda sistematis: isi filsafat : -Teori pengetahuan (isme-isme filsafat) -Teori hakikat (aliran-aliran filsafat) -Teori nilai. 2. Metoda Histeris : - Tokoh dan periode filsafat (sejarah pemikiran) - Periode, babakan sejarah filsafat: ancient philosofy, medieval philosophy, modern philosophy. 3. Metoda kritis : tingkat intensif, telah memiliki pengetahuan filsafat, pendekatan sistematis atau historis memahami isi, mengajukan kritik, menentang dukungan dengan pendapat sendiri atau filosof lain. VIII. SISTEMATIS FILSAFAT A. TERDIRI ATAS 3 CABANG BESAR FILSAFAT 1. EPISTEMOLOGI (TEORI PENGETAHUAN) Cara memperoleh pengetahuan logika dengan cara membentuk pengetahuan itu sendiri Terdiri atas : 1. Empirisme (John Locke 1632-1704) 2. Rasionalisme (Rene Decartes 1596 – 1650) 3. Positivisme (August Compte, 1798 – 1857) 4. Intusionisme (Hendri Bergson, 1859 – 1941) Hasilnya : 1. sains, 2. Filsafat Logika, 3. Latihan rasa (intuisi) 2. ONTOLOGI (TEORI HAKIKAT) Pembahasan pengetahuan objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikat Terdiri atas : 1. materialisme/naturalisme :hakikat benda adalah materi itu sendiri, rohani, jiwa, spirit muncul dari benda, Naturalisme tidak mengakui roh, jiwa tentu saja termasuk Tuhan. 2. Idealisme : Hakikat benda adalah rohani, spirit. Alasan : nilai rohnya lebih tinggi dari badan, manusia tidak dapat memahami dirinya daripada dunia dirinya. 3. Dualisme : hakikat benda itu dua, materi dan imateri, materi bukan muncul dari roh, roh bukan muncul dari benda, sama-sama hakikatnya 4. Skeptisisme 5. Agnotisme : manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda. Hasilnya : 1. Kosmologi, 2. Antropologi, 3. Theodicea, 4. Macam-macam filsafat. 3. AKSIOLOGI (teori nilai ) guna pengetahuan etika-estetika (nilat dan guna pengetahuan) terdiri dari: 1. Hedonisme : sesuatu dianggap baik jika mengandung kenikmatan bagi manusia (hedon). 2. Vitalisme : baik buruknya ditentukan oleh ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung obyek-obyek yang dinilai, manusia yang kuat, ulet, cerdas adalah manusia yang baik. 3. Utilitarisme : Yang baik adalah yang berguna, jumlah kenikmatan- jumlah penderitaan = nilai perbuatan. 4. Pragmatisma : Yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis. IX. ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT 1. EMPIRISME Tokoh : John Locke (1632-1704) berasal dari empeiria, empeirikos (bahasa yunani) = pengalaman. Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya (pengalaman indrawinya = sensasi) Metoda :eksperimen, empirisme ini lemah karena keterbatasan indrawi manusia. 3. RASIONALISME Tokoh : Rene Descartes (1596-1650), Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap obyek Sensasi indra dipertimbangkan akal -pengetahuan yang benar Rasinalisma (logis) + empirisisme metode sains pengetahuan sains. 4. POSITIVISME Tokoh : August Compte (1798 – 1857), pada dasarnya itu sama dengan empirisme plus rasionalisme. Indra ini penting dalam memperoleh pengetahuan terapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen, kemajuan sains benar-benar di mulai. 5. INTUISIONISME Tokoh : Hendri bergson (1859 – 1941) Untuk memahami kebenaran yang utuh, tetap unik (keseluruhan) yaitu dengan intuisi (= pengetahuan tingkat tinggi, kemampuan tertinggi yang dimiliki manusia) Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tampa melalui pemikiran rasio Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha (latiahan). Iluminasionisme teori kasyaf, Metoda: riyadhah (thariqat), manusia yang hatinya bersih akan sanggup menerima pengetahuan dari tuhan Hati (Jiwa) riyadhah Kasyaf pengetahuan. LOGIKA Pelopor : Aristoteles Membicarakan norma-norma berfikit agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Terdiri: (1) Logika Formal (logika bentuk (form) bentuk berfikir yang benar, dan ketepatan kesimpulan pengertian, putusan, penuturan. (2) Logika material terdiri: meneliti kesimpulan dan kebenaran kesimpulan Contoh: Deduksi bentuknya tepat dan isinya benar. - setiap manusia akan mati - Muhammad adalah manusia - Muhammad akan mati Kesimpulan ini dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan obyeknya. WAHYU Adalah pengetahuan yang didapat manusia melalui pemberian Tuhan secara langsung kepada hambanya yang terpilih yang disebut nabi dan Rasul. agama menjadi kunci dalam wahyu. Agama menerangakan kepada manusia tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau maupun yang tidak terjangkau oleh manusia, agama bisa menjadi informasi dan sekaligus konfirmasi terhadap ilmu pengetahuan yang didapat manusia. BAB II SEJARAH FILSAFAT 1. Periode purba A. Zama Batu Zaman yang dipandang para sejarawan sebagai zaman pengetahuan ilmiah. Kurang lebih 400.000 yang lalau manusia membuat alat-alat dan senjata tertentu. Sebagai hasilnya, mereka menemukan pengetahuan ilmiah. 30.000 tahun lalu, manusia mengembangkan kehidupan mereka dan kira-kira 15.000 tahun yang lalu, mereka mulai bertani. a. Mesir kuno Masa mesir kuno meliputi sub masa Babilonia, Asiria, & India kuno. Catatan sejarah yang tertua tentang ide – ide filosofis terutama berasal dari mesir ( lembah sungai nil ), di sekitar Eufrat dan Tigris atau timur tengah umumnya sejak 4000 SM, terutama yang tersimpul dalam Book Of The Dead di mesir 3000 SM. Juga di India sekitar 4000 SM tumbuh ide – ide filsafat, terutama yang tersimpul di dalam Vedas ( 2500 SM ). Di babilonia 2400 SM, dilengkapi pula oleh catatan – catatan ajaran ethica yahudi sekitar 800 SM. Sumber ide – ide filsafat dari timur tengah ini dapat dimengerti, karena wilayah ini merupakan pusat asal agama – agama tertua yang diwahyukan Tuhan. Oleh karena itu, bangsa – bangsa di wilayah ini relatif lebih awal berkebudayaan di bandingkan dengan wilayah lainnya. Pada masa ini lahirlah undang – undang Hamurabi di Babilonia sebagai undang – undang tertua yang paling penting dalam sejarah, yang di buat oleh raja Babilonia Chammurabi ( 1800 SM ). Undang – undang ini kemudian ditemukan oleh ekspedisi arkeologi Perancis pada abad ke – 20 M di kota susa, wilayah kerajaan Babilonia (yang terletak di lembah antara sungai Efrat dan Tigris semasa sejarah dunia kuno) adalah sebelah utara sungai Efrat. Undang – undang Hamurabi yang berbentuk tulisan prasasti pada batu ini dianggap sebagai undang – undang tertua yang tertulis dan dikenal orang, dan undang – undang yang dibuat orang sesudah itu di pengaruhi oleh undang – undang tersebut. Undang–undang Hamurabi merupakan kodifikasi hukum adat yang berlaku pada massa itu. Undang–undang tersebut berisi hukum pidana, hak–hak istimewa pegawai pemerintah, hukum dagang, sewa–menyewa, upah sewa binatang ternak, eksportasi barang, masalah perkawinan, utang–piutang, dan soal penahanan. Juga masalah keluarga dan perbudakan. Namun demikian, dalam undang–undang ini masih tampak hukum yang bersifat keras seperti halnya undang–undang lainnya dimasa lampau. Misalnya, hukuman mati bagi pelaku pencurian, perzinahan dan perampokan, pelaku kebakaran, penculikan, penipuan dan saksi palsu dalam hal yang menyangkut hukuman mati. Dengan demikian undang-undang ini berpegang pada hukum QISAS (lex talionis) yaitu mata dibalas mata, gigi dibalas gigi, dan seterusnya. Sejak munculnya hukum dalam arti undang– undang, di Babilonia (2000 SM), peraturan–peraturan yang berlaku dianggap berhubungan dengan kehendak Tuhan. Dalam cakrawala religius zaman dulu, hukum yang di bentuk oleh seorang raja, dianggap langsung berasal dari Tuhan sendiri. Apa yang dikehendaki oleh raja, dianggap dikehendaki oleh Tuhan. Akan tetapi, pada umumnya orang sudah yakin bahwa pengertian hukum yang sebenarnya tidak seluas aturan Tuhan. b. Tiongkok / cina kuno Selintas mengenai arti dan praktek hukum di Cina dapat di kenali dalam kekaisaran Cina ( Tiongkok ) kuno ( 1000 SM ) telah dibutuhkan peraturan yang nyata guna memerintahkan ketertiban dalam masyarakat luas. Titik tolak pemikiran hukum adalah kebiasaan ritual dan sakral yang sejak lama menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Dalam filsafat konfusius aturan itu ditunjuk dengan kata “Li” menurut filsafat konfisius Li berarti prinsip– prinsip yang menentukan aturan semesta alam, baik alam maupun dunia manusia. Filosof– filosof Neo-konfusian seperti Chou Tun’i (1017 1073) menambah terdapat suatu zat yang tertinggi (t’ai – chi) yang menjadi norma tertinggi sebagai model yang mengandung norma– norma khusus bagi “sepuluh ribu benda”. Pada awal zaman Monchou, abad ke-17 filsafat ini menjadi filsafat resmi kekaisaran Cina. Oleh sebab Li bersifat menentukan dalam hidup, maka hanya orang yang mengetahui dengan baik Li dapat berkuasa. Berkat pengetahuan tentang Li yang berkuasa dapat mengatur hidup bersama. Sudah tentu pengetahuan yang mendalam harus ada pada kaisar Dikalangan orang-orang Assyria, Babylonia, dan Sumeria daerah Mesopotamia, juga orang-orang Cina dan India di Transoksiana. Sejak 2000-300 SM, perkembangan ilmu terjadi mulai dengan Sains seperti astronomi (kosmologi, dan astronomi posisional), matematika (ilmu hitung, geometri, dan logika), metalurgi, ilmu hitung, arsitektur, biologi (pengobatan), geologi (aksplorasi), dan pengawetan. juga berkembang ilmu sosial (pemerintahan, sejarah, dan filsafat) berkembang di berbagai tempat. Penulisan dan pencatatan ilmu pengetahuan di lakukan di daun papirus, di dinding kuil pada Mesir Kuno, di batu-batu bata di Assyria dan Babylonia dengan tulisan paku. Pada 3500 SM bangsa Sumeria menciptakan tulisan. Pada 3000 SM, Zaman Perunggu telah dimulai di Timur Tengah. Pada masa ini Firaun, Raja Mesir memerintahkan membangun piramida Cheops. Pada 2000 SM, abjad pertama (orang ka’an purba) dengan kode Hammurabi telah diperkenalkan. Pada 1500 SM, mulai berkembangnya industri sederhana yang terbuat dari besi. Pada zaman ini, Nabi Musa bersama Ummatnya keluar dari negeri Mesir. 2. Periode Yunani A. Filsafat Masa Yunani Kuno (600 SM-200 M) Filsafat Yunani ini di prakirakan merupakan perkembangan dari mitologi dan sastra, cerita rakyat, drama-drama di masyarkat yang terpelihara, terutama dari mulut ke mulut, kemudian di tulis dengan berbagai bentuk tulisan. Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. terhadap agama. Peran agama dimasa modern digantikan ilmu-ilmu positif Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM ). Mereka tertarik dengan keindahan Makrokosmos, ingin tahu rahasia di balik kejadian alam dan juga rasa ketakjuban. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Berikut ini dikemukakan periodisasi perkembangan pemikiran filsafat menurut Bertens (1976); juga disimpulkan dari Bertens (1999). Ia membagi filsafat Yunani Kuno menjadi tiga periode masa sejarah filsafat, yaitu Masa Awal, Masa keemasan, dan Masa Helenitas dan Romawi. Secara etimologis kata filsafat dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata filsafat juga berasal dari kata Yunani philosophis yg berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasa diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa Yunani). Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran Yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Setidaknya mari kita telaah berbagai pemikiran dan distorsi atau bahkan resultan dari telaah pemikiran (Filsafat) dan Hati ini, sejak suatu zaman terkenal, yaitu zaman Yunani Sofisme Kuno yang terkenal dengan Filsafat Relativisme (Pluralis) Sofistik Yunani Kuno pra-Masehinya yang paling menonjol dari masa itu selain Filsafat Atomis Yunani. Kata ”Sofia” itu sendiri berarti ”berpikir” dalam bahasa Latin Yunani ini. Permulaan pemilihan masa telaah ini juga sesuai dengan pembagian telaah zaman yang umum saat ini (sesuai pembagiannya oleh bangsa Barat yang mendominasi ilmu-pengetahuan saat ini). Masa Yunani Kuno ini antara lain bertokohkan Filsuf Thales (624-546 SM), Anaximander, Parmanides, Gorgias, Zeno, Socrates, Plato, Aristoteles, Ptolemeus, Galen, Hipocrates, Euclides, dsb. Masa ini kemudian juga menjadi salah satu inspirasi Renaissance Barat berabad-abad kemudian setelah Masa Abad Pertengahan (Medieval), dalam melawan kebodohan masa Abad Pertengahan. Walaupun sudah jamak pula kebiasaan orang dalam berpikir kritis di masa Yunani Kuno ini, namun secara umum inti dari pemikiran-pemikiran Filsafat Sofistik Yunani Kuno mereka adalah ”relativitas pemikiran”, atau yang disebut juga sebagai, Filsafat Relativisme (Pluralis). Filsafat Relativisme (Pluralisme) ini, adalah paham yang berdasarkan pemikiran dasar bahwa “Kebenaran itu sesungguhnya (adalah) relatif”. Maka karenanya pula, ”seluruh versi kebenaran dapat saja menjadi benar”, yang dalam hal ini bahkan masih pula bergantung kepada pemikiran, perasaan, hawa nafsu, dan lain-lain, dari para pemikirnya; manusia, tentu saja. Dan di beberapa Abad kemudian, khususnya di masa kini di Abad XXI Masehi ini, ini juga menjadi salah satu inspirasi dasar gerakan Pluralisme. Termasuk juga dalam Pluralisme Agama bahwa semua agama itu benar, semua agama mengajak ke Surga, semua versi Tuhan adalah benar, maka Tuhan dapat dicapai melalui agama manapun, karena kebenaran itu sebenarnya relatif. Juga Liberalisme, dengan prinsip kebebasan berpikirnya yang berlebihan (padahal kemampuan berpikir manusia itu terbatas terutama karena hanya berdasarkan apa yang masuk ke alam pemikiranya saja) termasuk dalam aneka eksperimennya, yang didengung-dengungkan kaum Liberalis, Sekularis, Pluralis, Spiritualis, Freemasonry, dan sebagainya, entah untuk apa. Kemungkinan menelaah dan menggunakan alam semesta dengan menggunakan akal yang ternyata terbatas kemampuanya itu, menjadi menarik, bagi kaum ini, dan mereka menggunakannya untuk memahami segala hal. Sementara Pluralisme Budaya adalah sangat patut didukung (asalkan tak bertentangan dengan syariat dari Allah Tuhan Semesta Alam) dan fitrahi (alami), konsekuensi wajar dari sunnatullah dan karenanya juga adalah adanya berbagai suku-bangsa, namun beberapa pendapat dari kaum ini antara lain mengatakan bahwa Agama itu (hanya) adalah produk budaya, alias buatan (pemikiran dan fantasi hawa nafsu) manusia (dan Setan), karenanya semua agama itu relatif kebenarannya dan bahkan semua agama itu (dapat saja) benar, alias Pluralisme (kebenaran) Agama. Hal terakhir ini adalah satu hal yang sangat tak perlu didukung, apalagi diamalkan, bagi muslim. Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sebab dari Filsafat, adalah pemikiran akan alam semesta, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka, misalnya yang terkenal, dalam hal ini, adalah perdebatan di antara mereka sendiri, kaum pemikir-filsuf di masa Yunani Kuno itu, tentang apa sesungguhnya isi dari alam semesta, yang notabene lebih didasarkan kepada sangkaan dan pemikiran menurut mereka secara ‘bebas’ (dengan kata lain juga, lebih-kurang, adalah dengan ‘liar’), tanpa banyak mengindahkan petunjuk aturan dari Tuhan. Kiranya ini juga dapat telah terjadi karena tak cukup ada ilmu-pengetahuan di masanya, sebagai pembanding-penguji kebenarannya, maka pemikiran dapat menjadi liar, rusak, dan merusak. Dan manusia serta lingkungannya pun tak pelak turut menjadi rusak. Kebijaksanaan, atau hikmah, tentu saja, diperlukan dalam menyaringnya. Dan Agama di masa ini, adalah Agama yang mempercayai banyak tuhan, alias Politeisme, dengan aneka Dewanya. Masa sebelum (Pra) Sokrates Ras atau bangsa Yunani merupakan bangsa yang dikenal sejarah kini sebagai yang termasuk yang pertama kali berusaha menggunakan akal secara luas untuk berpikir, selain berbagai bangsa (di wilayah) lain. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Perlu pula diingat bahwa Mesir, Mesopotamia, Persia, Cina dan India, adalah juga berbagai pusat peradaban besar dunia di jaman Kuno, bersama Yunani, yang dikenal manusia sekarang, dengan tidak mengesampingkan kemunginan pusat peradaban lain yang disebutkan dalam legenda (yang belum dapat dibuktikan) tentang Atlantis. Hal kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras (572-500 SM) yang belum murni rasional. Sekte atau Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos (mengenai biji kacang itu). Ada tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra-Socrates ini yaitu Thales, Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes menunjuk ke udara. Thales juga berpendapat bahwa Bumi ini terletak di atas air. Tentang Bumi, Anaximander mengatakan bahwa Bumi ini persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan, ia berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, dan bentuk hidup yang pertama adalah Ikan. Dan manusia pertama itu tumbuh dalam perut Ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagad raya. Udara di alam semesta, adalah ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia. Filsuf berikutnya yang cukup perlu diperkenalkan, ditelaah, adalah Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok adalah, pertama, bahwa jiwa itu menurutnya tidak dapat mati. Menurutnya, sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati, jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari Reinkarnasi itu. Kedua, dengan penemuannya akan interval-interval (jarak) utama dari berbagai nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis. Bahkan katanya, segala-galanya di jagad raya ini adalah berupa bilangan. Ketiga, mengenai Kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagad raya bukanlah Bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah. Sezaman dengan Pythagoras ada Filsuf Yunani yang bernama Heracleitos di kota Ephesos dan ia menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Heracleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur adalah “Pantarhei kai uden menei”, yang artinya adalah bahwa semuanya di dunia ini mengalir, dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Filsuf Yunani pertama yang disebut sebagai peletak dasar Metafisika adalah Parmanides. Parmanides berpendapat bahwa “yang ada itu memanglah ada, dan yang tidak ada itu memanglah tidak ada“. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa “yang ada” itu: 1. Satu dan tidak terbagi, 2. Kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3. Sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4. Mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf tersebut dikenal sebagai filsuf Monisme yaitu pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja. Para Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf Pluralis, karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur. Filsuf Empidokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat Rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empidokles juga menerangkan bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama. Pluralis yang berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa Realitas terdiri dari sejumlah tak terhingga Spermata (benih). Berbeda dari Empidokles yang mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api itu adalah (berkualitas) panas dan air itu adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa segalanya terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku, menurutnya, dapat tumbuh dari daging. Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nous yang berarti roh atau rasio. Nous tidak tercampur dalam benih-benih, dan Nous ini mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara “yang ruhani” dan “yang jasmani”. Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf atomis. Filsafat Atomis (Atomisme) mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos (atau sesuatu yang terkecil yang tak dapat dibagi-bagi lagi). Lebih lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z). Jumlah atom itu tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan Parmanides bahwa atom-atom tidak dijadikan dan kekal. Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai hasil interaksi antar atom itu. Setiap benda mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya, dan sebagainya. Masa Athena hampir bersamaan dengan masa Filsafat Atomis, muncul para Filsuf yang mengalihkan obyek pemikiran manusia dari alam semesta, ke arah pemikiran tentang manusia sendiri. Para Filsuf ini disebut sebagai kaum Sofis (Sophis) yang dipelopori oleh Protagoras (485-420 SM). Menurutnya, segala fenomena menjadi relatif bagi subyektifitas manusia. Ia mengklaim manusia sebagai ukuran kebenaran dengan istilah “homo mensura”. Kaum Sofis berpendapat bahwa manusia menjadi ukuran kebenaran. Maka menurut mereka tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran itu hanya berlaku secara individual alias relatif. Mereka menggunakan retorika, berbagai argumen, alasan, sebagai alat utama untuk mempertahankan kebenaran. Tidak adanya ukuran kebenaran yang bersifat umum berdampak negatif, yaitu terciptanya kekacauan tentang kebenaran, semua teori pengetahuan diragukan, serta kepercayaan dan doktrin agama diabaikan. Filsafatnya disebut Filsafat Relativisme (Sofisme Yunani Kuno). Keseenak-klaiman Kaum Sofis mendapat imbangannya dalam diri seorang alim (berilmu) yang disebut para pemerhati-penggemar Filsafat sebagai guru teladan sepanjang jaman (the greatest teacher of all time) yang bernama Socrates (470-399 SM). Socrates tidak menerima kepercayaan yang diabdikan pada sejumlah berhala, sebab baginya Tuhan adalah tunggal. Menurutnya, kebenaran umum itu ada, yaitu kebenaran yang dapat diterima setiap orang, kebenaran sesungguhnya, yang sejati. Pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Plato (429-348 SM), muridnya. Bagi Plato, kebenaran umum itu memang ada; namanya adalah Idea atau Ide. Maka dalam Idealisme metafisiknya, Tuhan adalah realitas yang tertinggi dan paling sempurna. Tuhan tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, tetapi dari sesuatu yang disebut “Dzat Primordial” yang berisikan seluruh unsur asli alam. Selanjutnya, muncul Aristoteles (384-322 SM) yang meyakini Tuhan yang monoteistik (Satu Tuhan atau Tauhid) dan meyakini kekekalan jiwa manusia. Sampai periode ini, agama dan filsafat sama-sama dominan di Yunani. Maka dalam buku ”Filsafat Umum” oleh Prof. Ahmad Tafsir (banyak sumber penulisan tentang berbagai macam Filsafat di naskah ini berasal dari buku ini pula), contoh telaah pemikiran relatif dari Filsafat Relativisme Sofistik Yunani adalah: Klaim Thales tentang alam semesta, dalam menjawab pertanyaan ”Apakah isi alami dari alam semesta?” Jawabannya karenanya adalah, ”Air! ”. Klaim Anaximander tentang pertanyaan yang sama, yang adalah bahwa, “Substansi pertama, yaitu udara, telah ada dengan sendirinya”. Klaim Heracleitos bahwa, “Berdasarkan intuisi(nya), alam (itu) selalu berubah”. Di luar klaim ini, ada tokohnya yang lain yang bernama Parmanides, yang bersandarkan kepada pemanfaatan logika dan deduksi logis (primitif). Sementara itu, Filsuf yang bernama Zeno, masih menekankan pada telaah Filsafat Relativisme dan karenanya mengaminkan Relativisme kebenaran. Tokohnya yang mungkin paling terkemuka adalah Socrates (384-322SM).— Socrates dapat dikatakan adalah seorang moralis yang tidak sepenuhnya mendasarkan diri pada Akal, namun juga membangun pemahamannya melalui eksplorasi Hati, dan ia tidak mau percaya pada relativitas kebenaran. Maka Socrates pun menegaskan bahwa, “Tidak semua kebenaran relatif, melainkan ada kebenaran sejati secara umum atau obyektif”. Di sini, Socrates telah selangkah lebih maju daripada rekan-rekan sejawatnya, mencoba menelaah alam dan potensinya dengan lebih seimbang. Dia, menurut kaum Filosof Barat, lebih religius. Bahkan ada yang berspekulasi bahwa Socrates adalah seorang Nabi. Wallohua’lam. Murid Socrates, Plato, adalah pencetus Filsafat Teosentris atau Platonisme, yaitu sebuah pemahaman bahwa semuanya berpusat kepada Tuhan, dan kebenaran itu karenanya, sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan. Dia pun, seperti gurunya, semakin religius. Paham Platonisme ini di kemudian hari, di masa Filsafat Kristen, menjadi dasar bangsa Barat (Kristen) dan para Filsuf serta aliran Filsafatnya untuk mengklaim tentang kemutlakan kebenaran ajaran agama mereka (penjelasan tentang ini semua ada di bagian Filsafat Abad Pertengahan) dengan segala argumentasinya. Bahkan kaum Apologetik yang senang mencari berbagai macam cara untuk membenarkan klaim mereka, misalnya kaum Apologetik Gereja, senang bermain-main di antara berbagai paradigma pemikiran, sayangnya tanpa banyak menyadari kiranya, bahwa tak ada pemikiran manusia yang sempurna. Tokoh Filsafat Sosisme Yunani yang menonjol kemudian, Aristoteles, amat dipengaruhi metode yang kemudian disebut sebagai metode Sistematis Empiris yaitu metode yang mendasarkan keyakinannya hanya kepada pengalaman yang dialami, 23 dalam menelaah sesuatu. Penganut paham ini, tak akan mau mempercayai apapun, tanpa mengalaminya terlebih dulu. Hal ini, di kemudian hari berabad-abad kemudian, juga menjadi dasar paham yang mengedepankan logika (saja) dalam menelaah apapun, misalnya, paham Rasionalisme, Materialisme, dan tentu saja, Empirisme (penjelasan tentang ini semua ada di bagian Filsafat Modern dari naskah ini), yang menggali inspirasinya antara lain dari Filsafat Yunani Kuno ini, sesudah muak akan kungkungan akan potensi akal pada Masa Abad Pertengahan di bawah kontrol Gereja. Di masa ini, terutama di Yunani Kuno, yang dipentingkan secara umum adalah penggunaan Akal, walaupun Agama (telaah Hati yang dalam hal ini adalah versi mereka), juga ada. Dapatlah dikatakan karenanya, bahwa dalam masa ‘perang’ berkepanjangan antara Akal dan Hati sepanjang sejarah manusia, pemanfaatan Akal (walaupun secara dominan masih relatif menurut klaim pemikirnya masing-masing), dianggap menang pada masa itu. Pemanfaatan akal dominan di masa ini, namun tetap tidak menjamin kebenaran, karena adanya kecenderungan kepercayaan bahwa kebenaran itu relatif (yakni akibat dari Filsafat Relativisme masa Sofis Yunani Kuno itu). Jadi, dapat dikatakan bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah agama yang berkualitas tinggi. Dan kebenarannya masih relatif, terserah masing-masing pemikir, relatif ala Relativisme, secara rata-rata, kecuali pada Socrates dan muridnya, Plato yang yakin akan adanya kebenaran yang sebenarnya. Dan di masa ini, kita ketahui, juga dipenuhi aneka Mitologi Yunani, termasuk akan aneka makhluk aneh, jejadian, ghaib, beserta Dewa-dewanya, alias paham dan Filsafat Politeisme (percaya akan banyak tuhan dan beribadah kepadanya). Ini menjadi masalah cukup besar di kemudian hari. a). Sejarah Filsafat Yunani Kuno Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka: mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal). Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu: 1. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain. 2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif. 3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif. Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang semua materi itu. Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu: 1) Thales (625-545 SM) 2) Heraclitos (535 – 475 SM) 3) Anaxagoras (±499-20 SM ) 4) Parmenides (540-475 SM) 5) Democritos (460-370 SM) 6) Empledoces (490-435 SM) 7) Pythagoras (± 572-497 SM) 8) Anaximandros (640-546 SM) 9) Xenophanes (570 – ? SM) 10) Zeno (490-430 SM) b). Masa Awal Filsafat Yunani Kuno Masa Awal Filsafat Yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama filsuf yang berasal dari daerah Miletos, yaitu Thales (625-545 SM), Anaximandros (640-546 SM), dan Anaximenes. Selain nama ketiga tersebut tercatat, beberapa nama dari daerah lain, seperti Herakleitos dari Ephesos, Pythagoras dari Italia Selatan, Paermenides dari Elea, dan Demokritos dari Abreda. Dan lain-lain 1. Thales (625-545 SM) Gambar: Thales Thales adalah perintis matematika dan filsafat Yunani, lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Turki. Kota ini menjadi sebuah kota yang menjadi pusat-pusat perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar ke Nil di Mesir, sedangkan caravan melakukan perjalanan lewat darat menuju kota di Babylon. Penduduk Miletus sering melakukan kontak dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phonesia. Di kota ini juga merupakan tempat pertemuan dunia Timur dan Barat, sehingga memungkinkan orang-orang yang saling bertemu tersebut untuk mengisi waktu dengan berdiskusi, bertukar pandang dan pikiran, serta berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat, sehingga para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini. Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani. Thales merupakan Filosof alam pertama, yang hidup pada abad ke-6 SM. Pikiran-pikiran Thales ditulis oleh murid-muridnya, yaitu Anaximandros dan Anaximenes. Di kalangan orang Yunani ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta soplioi, yaitu tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece) atau al-Hukania’ as-Sab’ah. Aristoteles memberinya gelar The Father of Philosophy, juga menjadi penasehat teknis ke-12 kota ionia. Beliau adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Yang mendapat gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai dengan cara berfikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan segala gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?” dan ia sendiri menjawab air. Karena pertanyaannya itulah yang mengangkat Thales menjadi filosof pertama di dunia. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik. Tentang kehidupan pribadi Thales, orang tua Thales adalah Examyes dan Cleobuline. Keluarganya memiliki hubungan keluarga kerajaan Phoenicia. Keluarga Thales memiliki hubungan dengan Cadmus pangeran Fenisia. Tentang pernikahannya Diogenes mengatakan Thales menikah dan memiliki seorang putra bernama Cybisthus atau Cybisthon cerita kedua Thales mengadopsi keponakannya dengan nama yang sama tersebut. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar kenegri Mesir. Ia menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke Yunani. Diceritakan ia juga memiliki ilmu cara mengukur tinggi piramida dari bayang-bayangnya; cara mengukur jarak kapal dilaut dari sebuah pantai; mempunyai teori tentang banjir tahunan di sungai Nil. Bahkan Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tanggal 28 mei tahun 585 SM. Oleh karena itu ia dikenal sebagai ahli astronomi dan metafisika. Perhatianya adalah pada alam dan kejadian alamiah, terutama dalam hubunganya dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Karena itu masa ini sering disebut sebagai Filsafat Alam. Namun, mereka yakin bahwa terhadap perubahan-perubahan itu terdapat suatu asas yang menentukan, tetapi diantara mereka ada yang menyebut berbeda-beda. Penemuan Thales dalam matematika yang menggunakan geometri untuk memecahkan masalah, seperti menghitung ketinggian piramida dan jarak kapal dari pantai sehingga membuat dia sebagai matematikawan sejati pertama. Thales juga orang pertama yang mempelajari listrik. Namun tulisan Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal dari pada karyanya dalam bidang geometri. Thales mendirikan sekolah filsafat Ionia di Miletus, dan memiliki banyak murid. Anaximander, Anaximenes, Mamercus dan Mandryatus adalah nama dari beberapa muridnya. Namun yang sangat terkenal adalah nama Anaximander (611-546), sukses menggantikan posisi Thales di Miletus. Dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan tehnik dari Raja Krosus di Lidya. Selain itu dia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona. Penyebab kematian Thales belum diketahui secara pasti, dia meninggal pada tahun 545 di Miletus. Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy) Thales menyebut asas itu dengan air. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis, bahkan air berasal dari air, semua kembali menjadi air, bahwa bumi terletak diatas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung diatasnya, tumbuh-tumbuhan dan dan binatang tumbuh di tempat yang lembab, bakteri hidup dan berkembang di tempat lembab, bahkan tanahpun mengandung air. Argumen yang bukan hanya rasional, tetapi observatif. Dapat kita artikan bahwa pendapat-pendapat itu disebut arce (asas pertama dari alam semesta) adalah air. Naluriah imanen Thales adalah animisme. Aristoteles menanamkan pendapat Thales yang menyatakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa, dengan nama hylezoime. Bukan hanya benda hidup saja yang mempunyai jiwa tetapi benda matipun memiliki. Di tandai dengan besi berani dan batu api yang digosok sampai panas dan menarik barang yang dekat padanya . ini dipandang sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa. Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif). Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya : bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.Walaupun pandangan –pandangan Thales benyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sanagt sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran) Di dalam geometri, Thales dikenal dengan theoremanya, yang disebut Theorema Thales. Ada lima Theorema Thales, yaitu : • Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter. • Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar. • Sudut-sudut vertical yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya. • Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu dikatakan sama sebangun. • Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak kapal. Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasehat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam system tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan system pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi. Herodotus mencatat bahwa Thales memprediksi gerhana matahari dari 585 SM, dan ini merupakan sebuah awal kemajuan penting bagi ilmu pengetahuan Yunani. Aristoteles melaporkan bahwa Thales menggunakan keterampilan dengan mengenali pola cuaca untuk memprediksi bahwa tanaman zaitun musim depan akan berlimpah. Dia pun membeli semua zaitun baik di kota maupun daerah, dan itu semua menjadi keberuntungan ketika prediksi menjadi kenyataan. Plato menceritakan sebuah kisah Thales menatap langit malam, tidak menonton di mana ia berjalan, dan begitu jatuh ke selokan. Gadis pelayan yang datang untuk membantu dia kemudian berkata kepadanya “Bagaimana Anda berharap untuk memahami apa yang terjadi di langit jika anda bahkan tidak melihat apa yang di kaki anda?” Menurut pendapat saya, janganlah kita berangan-angan terlalu jauh, jika kita tidak bisa melihat, mensyukuri, dan memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang ada di dalam diri kita sendiri, maupun yang ada di lingkungan sekitar kita. Kutipan-kutipan dikaitkan dengan Thales : • “Sejumlah kata-kata ada bukti dari pikiran yang bijaksana.” • “Harapan adalah roti orang miskin.” • “Masa lalu yang pasti, masa depan mengaburkan.” • “Tidak ada yang lebih aktif dari pada pikiran, untuk itu perjalanan melalui alam semesta, dan tidak ada yang lebih kuat dari keharusan untuk semua harus tunduk kepada itu.” • “Kenalilah dirimu sendiri”. 2. Anaximandros (610-547 SM) Gambar: Anaximandros ia merupakan murid Thales. Usianya 15 tahun lebih muda daripada Thales, tetapi meninggal dunia lebih dahulu. Ia dikenal sebagai filosof, ahli astronomi dan ahli ilmu bumi. Ia juga orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yuanani. Pemikiranya, dalam memberi pendapat tentang arche, ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indera, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to appeiron yang tak terbatas, sesuatu yang tidak terhingga. Oleh karena itu, Apeiron itu bersifat ilahi, abadi tak terubahkan dan meliputi segala-galanya. Kemudian, Anaximandros menerangkan bagaimana dari apeiron, timbul alam semesta. Bermula dari Apeiron, keluarlah yang panas dan yang dingin sehingga dingin itu tekandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan yang beku. Yang beku inilah kemudian menjadi bumi. Api membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula, dan pecahan-pecahan itu berputar-putar, dan kemudian terpisah-pisah, maka terjadilah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Adapun bumi pada awalnya di balut oleh uap yang basah. Karena berputar terus-menerus, yang basah itu secara berangsur-angsur menjadi kering, akhirnya tinggalah sisa uap yang basah itu sebagai laut pada bumi. Lalu terjadilah mahluk-mahluk hidup. Pada mulanya bumi ini diliputi air semata. Oleh sebab itu mahluk yang pertama di atas bumi ialah hewan yang hidup di dalam air, seperti ikan. Lalu dari ikan itulah terjadi manusia yang pertama. 3. Anaximenes (585-524 SM) Gambar: Anaximenes Anaximenes adalah murid Anaximandros. menyatakan bahwa asas pertama yaitu udara. Karena udara ada dimana-mana, udara adalah unsur kehidupan dan karena gerak udaralah yang menjadi sebab terjadinya. Udara bisa jarang dan bisa rapat. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api, kalaau udara terkumpul menjadi rapat, terjadilah angin dan awan, kalau udara bertambah padat lagi, turunlah hujan dari awan itu. Dari air terjadi tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi batu. 4. Heraclitos (540-480 SM) Gambar: Heraclitos Ia lahir di Ephesus dari suatu keluarga yang tergolong aristokrat. sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia mendapat julukan Si Gelap, karena untuk menelusuri gerak pikiranya sangat sulit. Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. ucapanya yang terkenal yaitu: panta rhei uden menci. atau” you can not step twice into the same river; for the fresh water are ever flowing upon you” Artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasanya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada dibelakangnya. Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi. Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dalam keadaan berubah dan sedang menjadi; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Ia mempercayai bahwa arce adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya segala sesuatu itu menjadi abu atau asap, adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api. Menurut pendapatnya, di dalam arce terkandung sesuataaau yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu). 5. Pythagoras (580-570 SM) Gambar: Pythagoras Ia dilahirkan di pulau Samos, Ionia. Ayahnya bernama Pythagoras Mnesarchus dan ibunya bernama Pythais. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke daerah koloni Grik, lalu ke kota Kroton, Italia Selatan pada tahun 529 SM. Dan mendirikan perkumpulan agama yang terkenal sebagai mazhab Pythagorean, selama 20 tahun di kroton, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini. karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota itu, Pythagoras membangun kelompok tarekat yang hidup mengasingkan diri dari keramain. Ada yang berpendapat bahwa Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang berkembang di Yunani, yang bernama Orfisisme. Ajaran yang dikembangkan oleh Pythagoras ialah riyadhah bathiniyah semacam pendidikan jiwa untuk mensucikan roh. Pythagoras percaya akan perpindahan jiwa dari mahluk yang sekarang kepada mahluk yang akan datang. Menurut kepercayaan Pythagoras, manusia itu asalnya tuhan. Jiwa adalah penjelmaan tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa. Ia akan kembali kelangit ke dalam lingkungan tuhan dengan keadaan suci, dosanya sudah di cuci. Hidup murni adalah jalan untuk menghapus dosanya itu. Menurut kepercayaan itu, Pythagoras menjadi peganjur vegetarisme, memakan sayur-mayur dan buah-buahan saja. Manusia yang menginginkan kesucian rohnya harus mmeninggalkan makanan-makanan yang berasal dari binatang. Rohani dibersihkan melalui berzikir. Setiap harinya manusia harus membersihkan dirinya dengan bertobat. Pythagoras mengajarkan filsafatnya dengan lisan. Kebenaran bagi Pythagoras adalah keseimbangan antara roh dan jiwa, jasmani dan rohani. Jika ada yang mengatakan ”tidak benar”, itulah kebenaranya. Oleh karena itu, kebenaran bersifat positif dan negatif. Benar tentang benarnya kebenaran sesuatu dan benar tentang ketidak benaran sesuatu. Pemikiran Pythagoras berbeda dengan filosof sezamanya, kecuali dengan Anaximandros. Ia tidak menganggap perlu asas pertama yang dapat ditentukan dengan pengenalan indera, karena segala hal dapat diterangkan atas dasar bilangan. Ia mengemukakan tangga nada yang sepadan dengan perbandingan antar bilangan. Oleh karena itu, Pythagoras terkenal sebagai pengembangan ilnu pasti dengan mengemukakan “Dalil Pythagoras”nya. Pythagoras dikenal sebagai seorang yang ahli dalam dunia mistik, filosof, matematika dan ilmu hitung. Falsafah pemikiranya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia beranggapan bahwa hakikat sesuatu adalah angka. benda dari benda lain dibatasi oleh angka. Pemikiran yang serba matematis yang kemudian menguasai semua pengetahuan manusia pada zaman modern. Cara berfikir matematis muncul sebagai reaksi Pythagoras dalam menentang kebenaran formal dan rasional yang tidak realistik. Pemikirannya , substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat. Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka dari itu , manusia harus membersihkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan. Pythagoras lah yang pertama kali mengatatakan bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yanng berlawanan, seperti: Terbatas – tak terbatas Ganjil – genap Satu – banyak Diam – gerak Lurus – bengkok Baik – buruk. menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom). 6. Parmenides (540-475 SM) Gambar: Parmenides Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. ia di lahirkan di Elea, maka penganutnya disebut kaum Elea. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Parmanides adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting. Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato amat menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain pendahulunya. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintahan. Dan dikatakan juga sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filsuf pertama dalam pengertiam modern. Sistemnya keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraklitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Dalam The Way of Truth Parmanides bertanya; apa setandar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami. Ia menjawab: yang realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, tidak berubah dasar pemikiranya; yang ada itu ada, mustahil tidak ada, sebagaimana mustahilnya yang tidak ada menjadi ada. Perhatikan contoh berikut, ada tiga berpikir tentang tuhan: (1) ada, (2) tidak ada, (3) ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena yang tidak ada pastilah tidak ada. (3) tidak mmungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada. Bahwa “yang ada” adalah satu dan tidak terbagi, karena itu pluralitas tidak mungkin ada. Bahwa “yang ada” itu tidak dijadikan, dan tidak akan dimusnahkan (dihilangkan). Dengan kata lain, “yang ada” itu bersifat kekal dan tidak terubahkan. Bahwa ”yang ada” itu sempurna, tidak ada sesuatu yang dapat ditambahkan padanya, dan tidak ada sesuatu yang dapat diambil darinya . Bahwa ”yang ada” itu mengisi segala tempat, sehingga tidak ada ruang yang kosong, ”yang ada” akan ada dalam pergerakan, dan pergerakan berarti perubahan. Hal serupa ini tidak mungkin. Perminides mengatakan bahwa kebenaran adalah satu, namun berbeda-beda, bergantung pada subjek yang mengatakanya. Dan juga mengatakan bahwa segala kebenaran dapat dicapai dengan akal dan logika. Yang ada adalah ada, yang tidak ada adalah tidak ada. Yang tak mungkin tak tidak ada, dan yang tak ada menjadi ada. Dunia ini tidak bertambah dan tidak berkurang. Perubahan yang tampak adalah tipuan belaka. bahwa hanya pnegetahuan yang tetap dan umum yang mengenai yang satu sajalah (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan. 7. Xenophanes (570- SM) Gambar: Xenophanes Ia lahir di Xolophan, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan penyair daripada ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada masa itu. Namanya menjadi terkenal karena untuk pertama kalinya ia melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasional) dengan mitos. Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme (tuhan-tuhan). Yaitu tuhan digambarkan sebagai seakan-akan manusia. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama dalam mitologi Yunani. 8. Leukippos (540- SM) Gambar: Leukippos Adalah seorang ahli pikir yang pertama mengajarkan tentang atom. Menurutnya, setiap benda terdiri dari atom. Atom adalah benda yang sangat kecil sehingga tak dapat dibagi-bagi lagi, dan tidak kelihatan, tetapi tetap ada, tidak hilang dan tidak berubah-ubah. Ia bergerak terus tidak henti-hentinya. Paham Leukippos bahwa atom itulah yang ada, tetap tak berubah-ubah, dipengaruhi oleh teori gurunya Perminides, sedangkan paham itu banyak dan bergerak dipengaruhi oleh Herakleitos. Ia juga menyatakan tidak mungkinya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, tetapi ia tidak ingin menolak tentamg kenyataan banyak, bergerak. Pandangan ontologis Leukippos tidak jauh dengan Perminides. Semua pada hakikatnya adalah hakikat. Hakikat itu ada yang ada dan ada yang tidak ada. Keberadaan dengan ketiadaan wujudnya aslinya sama, hanya realitasnya yang berbeda. Oleh karena itu, tidak akan ada jika tidak ada yang tidak ada, karena ada dan tidak ada sebagai hukum alam yang sebenarnya. 9. Anaxagoras (±499- SM ) Gambar: Anaxagoras Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena, dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utana perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM. Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga. Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom (atom yang padat).yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu campuran yang mengandung semua benih-benih . di dalam tiap benda mengandung benih. Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnya. Hanya bisa melihat benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas (yang telihat emas, karena warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi, tembaga terdapat didalamnya. Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani 10. Demokritos (460-360 SM) Gambar: Demokritos Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri–negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang. Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong). Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan, penciuman, rasa” Eduard Teller, seorang komentator filsafat Yunani dari Jerman, berpendapat: ”democitrus was a universal mind who embraced the whole of the philosophical knowledge of his tima, and in this respect can be compared only with Aristotle”. Demokritos adalah murid Leukippos. Selama hidupnya, ia banyak berpetualang ke Mesir, Babylonia, Persia, terakhir ke Athena. Democritos berpandangan bahwa segala sesuatu mengandung “penuh” dan “kosong”. Jika ingin menggunakan sebuah pisau, kita harus menemukan ruang kosong supaya dapat menembus. Jika apel itu tidak mengandung kekosongan, ia tentu sangat keras dan tidak dapat secara fisik dibelah. Adapun bagian yang penuh dari segala sesuatu dapat dibagi menjadi titik-titik yang tak terbatas jumlahnya, bentuknya kecil tidak terlihat oleh mata yaitu otomos (tak dapat dibagi). Otomoos ini tidak lahir dan tidak hilang, ia sangat homogen, satu dari ruang lain tidak berbeda, kecuali dalam bentuk daan besarnya, tak berubah-ubah sifatnya, kecuali hanya dalam letaknya, lahir dan hilangnya suatu benda bergantung kepada bersatu dan berpisah-pisahnya atom-atom itu. Letak, bentuk dan besar-kecilnya atom menentukan sifat-sifat benda. Atom-atom itu dalam keadaan bergerak selamanya, sebagaimana gerak titik-titik debu. Alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangatlah banyak. Gerak itu terjadi tidak karena akal, ia terjadi secara mekanis. Demokritos sependapat dengan Herakleitos bahwa unsur yang pertama adalah api. Api yang terdiri dari atom yang sangat halus, hitam dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adlah jiwa. Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Ketika menarik nafas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas. Atom sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran, semua timbul dari gerak atom. Manusia terdiri dari atom yang paling halus dan paling bundar, yang tidak dapat mengait atom lain. Atom-atom itu Saling kait-mengait. Kejadian ini menimbulkan terjadinya angin puting beliung, yang semakin lama semakin menarik banyak atom, yang besar-besar berada di pusat sedangkan yang kecil-kecil dilontarkan ke tepi. Demikianlah kosmos dibentuk. Demokritos juga membahas tentang etika. Umtuk pertama kali manusia diperhatikan oleh seorang filsuf pra-Socrates. Etikanya belum disusun secara sistematis. Hanya disebut sebagai euthumia, yaitu keadaan batin yang sempurna. Untuk mencapai itu semua, manusia harus seimbang menjangkau semua faktor dalam hidup, kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan tantangan. Dengan demikian asas manusia adalah keseimbangan. Sebaik-baiknya orang bijak ialah yang mengejar tentang jiwa dan yang memberikan ketenangan jiwa. Meninggalkan hidup yang berlebihan menggapai hidup yang sederhana dan penuh makna. 11. Zeno (490- SM) Gambar: Zeno ia lahir di Elea, salah seorang murid Parminedes. Zeno orang yang sangat tajam dalam berfikir dan tangkas ketika berkata. Terhadap yang mengatakan, yang bergerak itu ada, Zeno mengemukakan empat fasal: Suatu gerakan tidak bisa bermula, sebab tiap-tiap badan tidak bisa sampai kepada suatu tempat atau titik yang dilaluinya. Achilleus seorang pelari terkenal di Yunani, yang sangat cepat tidak bisa mengejar penyu, yang begitu lambat jalanya. Sebab apabila ia tiba ditempat penyu tadi, dia sudah maju lagi sedikit ke muka. Anak panah yang dipanahkan dari busurnya tidak bergerak, tetapi berhenti. Sebab, setiap saat ia berada pada satu tempat. Ada pada satu tempat sama artinya dengan berhenti. Setengah waktu sama dengan sepenuh waktu. Sebab, suatu barang yang bergerak terhadap suatu badan akan melelui panjang badan itu dalam setengah waktu atau sepenuh waktu. Dalam sepenuh waktu, apakah bergerak sama cepatnya ke arah yang bertentangan. 12. Empedokles (492-432 SM) Gambar: Empedokles Dilakhirkan di Akragas, Sisilia. Hasil karyanya dituangkan dalam bentuk syair, yaitu: tentang alam dan tentang penyucian. Ia setuju dengan pendapat Parminides, bahwa di alam semesta tiada sesuatupun yang di lahirkan sebagai hal yang baru dan dapat dibinasakan sehingga tiada lagi. Dan tiada ruang kosong. Akan tetapi ia menentang pendapat Parminides, bahwa kesaksian indera adalah palsu. Memang, penglihatan banyak menunjukan hal yang jamak, yang berubah, akan tetapi bentuk yang bermacam-macam itu hanya disebabkan karena penggabungan dan pemisahan keempat anasir (rizomata) yang menyusun segala kenyataan. Keempat anasir itu ialah: air, udra, api, dan tanah. Keempatnya mempunyai kwalitas yang sama yaitu tidak berubah. Misalnya: air tidak akan bisa berubaah menjadi tanah. Perbedaan yang ada pada benda-benda disebabkan karena campuran ata penggabungan keempat anasir tadi. Misal: tulang terdiri dari 2 bagian anasir tanah, 2 bagian anasir air, dan 4 bagian anasir api. Demikian seterusnya. Proses penggabungan dan pemisahan anasir-anasir itu diatur oleh dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes) dan benci (neikos). Cinta mempunyai sifat penggabungan, sedangkan benci menceraikan. Oleh Empedokles keduanya dipandang sebagai cairan halus yang meresapi semua benda. Dengan demikian segala sesuatu dipandang sebagai bersifat duniawi. Semua keempat anasir itu digabung dalam satu harmoni atau keselarasan cinta, akan tetapi kemudian benci mengusahakan supaya anasir-anasir itu terus menerus diceraikan, sehingga semakin lama segala sesuatu itu terus-menerus di ceraikan. Lalu kesemuanya di kelompokan menjadi 4 kelompok. Pada zaman yang pertama cinta dominan. Alam semesta bagaikan bola, yang semua anasirnya tercampur secara sempurna dan benci tersisih ke ujung. Akan tetapi pelan-pelan benci masuk ke alam semesta. Pada zaman kedua anasir-anasir yang tercampur semua tadi mulai diceraikan, sehingga masih adaayang kuat dikuasai cinta, tetapi ada sebagian yang mulai dikuasai benci. Semua benda dapat binasa, mahluk-mahluk yang hidup dapat mati. Menurut Empedokles, manusia hidup pada zaman kedua. Pada zaman ketiga penceraian menjadi sempurna, sehingga benci dominan, berkuasa. Zaman keempat anasir-anasir tadi tercerai-berai menjadi empat lapisan yang konsentris atau berpusat satu, yaitu anasir bumi di pusat, sedangkan anasir api dipermukaan.sedangkan cinta tersingkirkan dan mulai meresap ke dalam kosmos. Dan perputaran secara terus menerus. Di dalam penggabungan dan penceraian ini terjadilah mahluk-mahluk yang hidup. Diuraikan sebagai berikut: sebelum ada matahari tanah telah mengandung di dalamnya anasir api, yang mengakibatkan tumbuhnyatumbuh-tumbuhan, yang semula masih belum terbentuk lalu tumbuh menjadi pohon-pohon yang berdaun dan berbuah. Setelah tumbuh-tumbuhan terjadilah binatang-binatang, yang sebelumnya hanya anggota-anggota yang terlepas satu sama lain. Sedangkan manusia disebutkan dahulunya mempunyai bentuk yang sangat luar biasa besarnya, tetapi kemudian berubah menjadi manusia yang seperti sekarang ini. 13. Gorgias (480-380) Gambar: Gorgias Ia lahir di leontinni, Sicilia. Pemikiranya yang penting adalah: -Mencari keterangan asal-usul yang ada. -Bagaimana peran manusia sebagai mahluk yang mempunyai kehendak berfikir -Norma yang sifatnya umum tidak ada, yang ada norma yang individualis (subjektivisme) -Bahwa kebenaran tidak dapat diketahui, sehingga ia termassuk penganut skeptisisme. Lalu Gorgias datang ke Athena (427 SM). Ada tiga proposisi yang di ajukan oleh Grogias. Pertama, tidak ada yang ada, realitas itu tidak ada. Pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Kedua, bila sesutau itu ada, itu tidak dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya dan hanya sumber iusi. Akal, menurut Gorgias, tidak juga mampu meyakinkah kita tentang bahan alam semesta, ini karena kita telah dikungkung oleh dilema subjektif. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat diketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Disini memperlihatkan kekurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan kita. Kata-kata hanya memiliki pengertian yang relatif. c). Zaman Keemasan Yunani Kuno Sekitar pertengahan abad 5 SM, Athena menjadi pusat baru bagi seluruh kebudayaan Yunani. Filsafat pada masa ini ditandai oleh sejumlah nama besar diantaranya yaitu Perikles. Ia tinggal di Athena, sebagai pusat penganut berbagai aliran filsafat yang ada pada masa itu. Disana ada juga kaum sofis yang pemikiranya disebut sofistik. Mereka pandai berpidato dan tidak lagi menaruh perhatian pada alam dan menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studinya. Zaman ini juga disebut Masa Socrates. Kajian tokoh-tokoh pada masa Socrates di mulai dari Protagoras, seorang sofis paling terkenal. Protagoras hidup sezaman dengan Socrates, . pemahamanya memperlihatkan sifat-sifat relativisme; bahwa kebenaran bersifat relatif. Tidak ada kebenaran tetap dan definitif. Benar, baik, dan bagus, selalu dalam hubungan dengan manusia, tidak mandiri sebagai kebenaran yang mutlak. Filsafat pada zaman ini, tidak lagi fokus pada kajian alam, yang sebelumnya diminati oleh para filsuf pra-Socrates, melainkan fokus pada kenyataan manusia itu sendiri. Mengapa disini Protagoras harus di jelaskan terlebih dahulu sebelum Socrates? Protagoras di dahulukan karena pemikiranya yang termasuk dalam golonganya kaum sofis dikritik oleh Socrates. Karena itulah Protagoras di jelaskan lebih dahulu. 1. Protagoras (490-420) Gambar: Protagoras Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan sofis. Ia termasuk salah seorang sofis pertama dan juga yang paling terkenal. Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai orator dan pendebat ulung. Ditambah lagi, ia terkenal sebagai guru yang mengajar banyak pemuda pada zamannya. Protagoras berasal dari Abdera yang terletak di pantai utara Laut Aegea. Ia hidup antara tahun 490 SM - 420 SM. Ia seringkali melakukan perjalanan ke negeri-negeri lain, termasuk beberapa kali kunjungan ke Athena. Di Athena, Protagoras diminta oleh Perikles untuk turut ambil bagian dalam menyusun konstitusi bagi koloni Athena di Thurioi tahun 444 SM. Menurut kesaksian dari Diogenes Laertios, pada akhir hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena kedurhakaan terhadap agama. Buku-buku Protagoras dibakar di depan umum. Kemudian Protagoras diceritakan melarikan diri ke Sisilia, namun perahu yang ditumpanginya tenggelam. Protagoras mengarang banyak buku, namun hanya beberapa fragmen yang masih tersimpan.[1] Akan tetapi, isi filsafatnya masih dapat diketahui sebab pemikiran-pemikiran Protagoras banyak dibicarakan oleh para filsuf selanjutnya. Plato merupakan sumber utama, khususnya kedua dialognya yang berjudul Theaitetos dan Protagoras. Buku paling terkenal dari Protagoras berjudul "Kebenaran" (Aletheia). • Pemikir Di dalam buku yang berjudul "Kebenaran", Protagoras menyatakan "Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada." Manusia yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai individu. Dengan demikian, pengenalan terhadap sesuatu bergantung pada individu yang merasakan sesuatu itu dengan panca indranya. Contohnya bagi orang yang merasa sakit, angin dapat terasa dingin. Sedangkan bagi orang yang sehat, angin itu terasa panas. Di sini kedua orang tersebut benar, sebab pengenalan terhadap angin berdasarkan keadaan fisik dan psikis orang-orang tersebut. Pandangan seperti ini dapat dikatakan relativisme sebab kebenaran didasarkan pada masing-masing orang yang merasakannya. • Seni Berdebat Di dalam karya lain yang berjudul "Pendirian-Pendirian yang Bertentangan" (Antilogiai), Protagoras mengemukakan bahwa "Tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan". Pandangan ini berhubungan dengan pemikiran tentang relativitas pengenalan manusia. Jikalau kebenaran ditentukan oleh setiap orang, maka disimpulkan bahwa satu pendirian tidak lebih benar dari kebalikannya. Konsekuensi hal ini adalah terhadap seni berpidato. Seorang orator haruslah berhasil meyakinkan para pendengarnya mengenai kebenaran yang dianutnya. Dengan demikian, diperlukan kemampuan untuk membuat argumentasi-argumentasi yang meyakinkan para pendengar. • Tentang Negara Menurut Protagoras, negara diadakan oleh manusia. Tujuan pembentukan sebuah negara adalah supaya manusia dapat terlepas dari ketidakamanan dan kesulitan hidup di alam yang buas. Untuk itulah, manusia menjalin hubungan dengan manusia-manusia lainnya dan membentuk negara. Akan tetapi, kemudian manusia menyadari bahwa hidup bersama manusia lain tidaklah mudah. Dengan sebuah mitos, Protagoras menyatakan bahwa manusia diberikan dua hal oleh dewa untuk dapat hidup bersama sesamanya. Kedua hal tersebut adalah keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat terhadap orang lain (aidos). Dengan adanya dua hal ini, manusia dapat hidup bersama sesamanya. Hal itu dilakukan manusia dengan membuat undang-undang atau konstitusi. Dengan demikian, undang-undang tertentu tidak lebih benar dari undang-undang lain. Ada undang-undang yang cocok untuk masyarakat tertentu namun tidak cocok dengan masyarakat lainnya. • Tentang Dewa-Dewi Di dalam karya yang berjudul "Perihal Dewa-Dewi" (Peritheon), Protagoras menyatakan "Mengenai dewa-dewi saya merasa tidak mampu menentukan apakah mereka benar-benar ada atau tidak ada; dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat mereka. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sulit dan umur manusia itu pendek." Pandangan Protagoras ini merupakan suatu skeptisisme, artinya tidak mungkin dicapai suatu kebenaran. Hal itu cocok sekali dengan pandangan relativistis yang dianutnya dalam bidang pengenalan • pengaruh Selama masa hidupnya, Protagoras memengaruhi pemikiran banyak pemuda lewat pemikirannya tentang retorika dan pengetahuan. Ia juga memengaruhi Demokritos dalam hal teorinya tentang pengetahuan dan filsafat politik. Selain itu, ia juga membawa pengaruh besar terhadap para negarawan, penyair, sejarawan, dan orator. Plato memberi kesaksian bahwa nama Protagoras amat terkenal untuk waktu yang lama. 2. Socrates (469-399 SM) Gambar: Socrates Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, seorang bidan. Isterinya bernama Xantipe yang dikenal seorang yang judes. Dari pernikahanya ini ia di karuniahi tiga orang anak. Socrates dari keluarga yang kaya dengan mendapat pendidikan yang baik, kemudian pernah menjadi prajurit Athena, namun akhirnya ia keluar, karena lebih mengutamakan profesinya sebagai pemikir dan filsuf. Tahun 406-450 SM, ia pernah menjadi anggota panitia pengadilan. Mengenai tampang Socrates, banyak yang mengatakan sebagai orang yang memiliki kepala botak, hidung pendek dan besar, serta bibirnya tebal, memiliki tubuh yang kuat. Socrates menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dan mengajarkan filsafat kepada anak muda Athena, dan ia pun tidak memungut biaya dari para muridnya. Hingga ketika ia berusia 70 tahun, ia dipanggil penguasa untuk diadili karena dianggap telah merusak moral anak muda dengan filsafatnya dan tidak memeprcayai dewa-dewa yang di akui negara. Ketika diadili, Socrates masih bisa membela diri dari para hakim dengan pidatonya yang terkenal dengan apologia. Diantara hakim yang terdiri dari 500 orang itu, hanya 220 hakim yang memihak pada dirinya dan 280 hakim tetap mengusulkan hukuman mati. Socrates menawarkan hukuman denda 30 mina (mata uang Athena waktu itu). Pilihan itu di tolak oleh hakim karena dianggap terlalu kecil. Biasanya hukuman dilakukan dalam tenggang 12 jam dari saat diputuskan hukuman tersebut. Akan tetapi waktu itu ada kapal keramaat Athena yang sedang melakukan perjalanan tahunan ke kuil di pulau Delos, dan menurut hukuman Athena, hukuman dilaksanakan ketika kapal tersebut kembali ke Athena. Oleh karena itu, selam satu bulan ia mengurung di penjara sambil bercakap-cakap dengan para sahabatnya. Salah satu diantaranya, Kriton, mengusulkan supaya Socrates melarikan diri, tetapi Socrates menolak. Dan akhirnya tibalah hukuman bagi Socrates dengan meminum cawan yang berisi racun, yang dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ajaranya tersebar justru dengan cepat karena kematianya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Mengenai riwayat Socrates tidak banyak diketahui, tetapi dapat diperoleh dari tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. Karena ia sendiri tidak meninggalkan tulisan. Yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato yang berupa dialog-dialog. • Xenophon Xenophon adalah sahabat Socrates. Ia menulis buku yang berjudul “kenang-kenangan akan Socrates” (memorabelia). • Aristophanes Ia adalah seorang pengarang komedi terkenal Athena. Ia menyebut socrates dalam tiga komedinya, yaitu burung-burung, katak-katak, dan awan-awan. Dalam komedi terakhir ini, Socrates digambarkan sebagai tokoh utama. • Plato Ia menulis buku berupa dialog-dialog. Dalam sumua dialognya kecuali yang berjudul Nomoi. • Aristoteles Meskipun ia tidak pernah bertemu Socrates, tetapi ia belajar dari plato, murid Socrates. Metode yang digunakan Socrates biasa disebut dialektika (dialegesthai), dari bahasa Yunani yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Dari metode tersebut hingga akhirnya Socrates menemukan karya yang sangat berharga yaitu induksi dan definisi. 3. Plato (427-347) Gambar: Plato Plato (427 SM- 347SM), ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles, filsuf yang pertamakali membangkitkan persoalan being (hal ada) dan mempertentangkan dengan becoming ( hal menjadi). Dimana tujuannya ialah sebagai cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan, dan disamping itu beliau juga disebuit sebagai seorang eksponen rasionalisme dan eksponen idealism. Plato lahir sekitar 427 SM di Athena dalam kalangan bangsawan yang berasal dari keluarga Aristokrasi. Ia sangat mengagumi Socrates dan sangat terpengaruh olenya. Nama asalnya ialah Aristokles, guru senamnya kemudian memberinya nama Plato. Ia memperoleh nama baru itu karena bahunya yang lebar. Badanya tinggi dan tegap, dan berparas elok. Ia meninggal sekitar 347 SM adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis). Pelajaran yang diperoleh pada masa kecilnya, selain dari pelajaran umum yaitu melukis, menggambar, musik, dan puisi. Kemudian pelajaran filsafat mula-mula diperoleh dari Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos yang mengajarkan ”semua berlalu” seperti air. Tetapi ajaran tersebut tidak hinggap dalam benak plato yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Aristoteles. Pelajaran itulah yang memeberi kepuasan baginya. Hingga sampai wafatnya Socrates. Tak lama setelah Socrates meninggal, Plato pergi ke Athena. Permulaan Pengembaraannya selama 12 tahun dari tahun 399-387 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filasafatnya. Lalu pergi ke Kyrena belajar matematika dari Theodoras. Disana, Plato mengajar filsafat dan mengarang buku-buku. Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di Pulau Sicilia, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, sang pemerkosa, yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato tinggal di istananya. Disitu, ia mengenal ipar raja Dionysiosyang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Plato mengajarkan filsafat di istana tersebut, tetapi lama kelamaan filsafatnya membosankan Dionysios, dan dianggap sebagai ajaran yang mambahayakan bagi kerajaanya, Plato ditangkap dan dijual sebagai budak, ia dikenal oleh seorang bekas muridnya, Annikeris, dan ditebusnya. Peristiwa itu diketahui oleh sahabat-sahabat dan murid Plato di Athena. Mereka mengumpulkan uang untuk mengganti tebusan Annikeris. Akan tetapi Annikeris menolak, dengan mengucapkan ”bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memeliharaseorang Plato”. Akhirnya, uang tersebut di belikan sebidang tanah dan diserahkan ke Plato untuk di jadikan sekolah tempat ia mengajarkan filsafatnya. Yaitu ”Akademia”. Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meningglnya dalam usia 80 tahun. Dengan mengajar dan mengarang tulisan-tulisan yang terkenal sepanjang masa, diantaranya kita masih memiliki 24 dialog dan semuanya dianggap termasuk kesusteraan dunia. Untuk mencari jalan masuk ke dalam filsafat Plato, marilah kita mendengar mitos yang di ceritakan Plato sendiri. Manusia dapat di bandingkan demikian katanya dengan orang--orang tahanan yang sejak lahirnya duduk terbelenggu dalam gua. Kepalanya pun tidak dapat bergerak dan selalu terarah kepada dinding gua. Di belakang mereka ada api menyala. Beberapa budak belian berjalan-jalan di depan api itu, sambil memikul macam-macam benda. Hal itu menimbulkan macam-macam bayangan yang jatuh pad dinding gua. Karena orang-orang tahanan itu tidak dapat melihat kebelakang , mereka hanya menyaksikan bayangan, dan bayangan itu disangka mereka sebagai realitas yang sebenarnya dan tidak ada realitas yang lain. Namun, setelah beberapa waktu seorang tahanan di lepaskan. Ia melihat dibelakang meraka, di mulut gua, ada api yang menyala. Ia mulai memperkirakan bahwa bayang-bayang yang disaksikan mereka tadi bukan realitas yang sebenarnya. Lalu ia diantar keluar gua, dan ia melihat matahari yang menyilaukan matanya. Mula-mula ia berfikir bahwa ia sudah meninggalkan realitas. Akan tetapi, berangsur-ansur ia pun menyadarinya bahwa itu lah sebenarnya yang dinamakan realitas yang dahulu belum pernah menyaksikanya. Lalu ia kembali ke gua tempat teman-temanya, dan bercerita bahwa sesungguhya yang mereka lihat pada dinding gua bukanlah suatu yang realitas sebenarnya, melainkan hanya bayang-bayang. Namun, kawan-kawan itu tidak mempercayai perkataanya, dan seandainya mereka tidak terbelenggu, pasti mereka akan membunuh siapa saja yang mencoba melepaskan mereka dari belenggunya. Mitos ini menjelaskan bahwa gua adalah dunia yang dapat ditangkap oleh indera. Kebanyakan orang disamakan dengan para tahanan. Mereka mengandaikan begitu saja bahwa pengenalan inderawi menyodorkan realitas yang ada. Tetapi para filsuf, mengetahui dan dapat membedakan bahwa pengenalan indera hanya memberikan bayang-bayang yang bukan realita sebenarnya. Dengan demikian, jelas bahwa kebenaran umum itu memang ada, bukan dibuat, melainkan sudah ada di alam idea. Plato memperkuat Socrates dalam menghadapi kaum sofis. Menurut pendapat Plato, realitas seluruhnya seakan-akan terbagi atas dua ”dunia”: dunia yang hanya terbuka bagiu rasiokita dan dunia yang hanya terbagi pada panca indera kita. Dunia yang pertama terdiri dari idea-idea dan dunia ke dua adalah dunia jasmani. Idea-idea hanya dapat dikenal oleh rasio, misalnya idea ”segitiga”, Idea ”manusia” dan lain sebagainya. Idea ”segitiga” hanya ada satu saja, sedangkan dengan indera saya dapat melihat banyak hal yang berbentuk segitiga. Idea “segitiga” serta semua idea lain adalah sempurna dan tidak dapat berubah, sedangkan segitiga-segitiga yang disajikan kepada panca indera ada banyak dan senantiasa berubah . menurut Plato, dunia idea (yang terdiri dari idea-idea) merupakan objek bagi rasio kita. Apalagi, dunia jasmani dengan cara tak sempurna meniru saja dunia idea yang sempurna. Keadaaan idea bertingkat-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi ialah idea Kebaikan, di bawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, politik. Ada tiga pokok pemikiran Plato, yang merupakan gelombang saling susul – menyusul, yang dikatakan bahwa yang dibelakang lebih besar daripada yang telah mendahuluinya. Teori ini disebut sebagai gelombang, karena kebanyakan dari teori Plato telah mengguncang “kebenaran” yang sudah umum dan bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan yang sudah ada. Diataranya adalah : 1. Gelombang Pertama (the first wave) Gelombang pertama adalah laki – laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran yang seperti ini, yang bertolak belakang dengan kenyataan pada masa itu, bahwa laki-laki dan perempuan harus dibedakan. Palto mengatakan : . . . both woman and man my have the same nature fit for guarding the city . . . . . . wanita dan pria memiliki sifat – sifat dasar yang sama, yang pantas untuk menjaga negara . . . 2. Gelombang kedua (the second wave) Gelombang kedua adalah pernyataan Plato untuk menghapuskan perkawinan dan keluarga untuk membentuk suatu negara besar, yaitu negara, sehingga semua orang bersaudara di dalam negara. Sebagaimana dalam karyanya Republic : . . . you are all brothers in the city. . . . di dalam negara kamu semua bersaudara. Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan loyalitas suatu negara, agar setiap manusia tidak direpotkan oleh keluarganya masing – masing. Karena yang diinginkan Plato adalah membentuk suatu negara besar yang bersatu dan terpelihara tali persaudaraan. 3. Gelombang ketiga (the third wave) Gelombang yang ketiga adalah kekuasaan politik negara lebih baik dipegang oleh para filsuf, agar kecerdasan ilmu pengetahuan yang tinggi dapat dipegang oleh para cendekiawan, sehingga tingkat kearifan sejati dapat memimpin negara. Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. 4. Aristoteles (384-322) Gambar: Aristoteles Aristoteles lahir di Stageira pada semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) dan meninggal di Kalkis pada usia 63 tahun. Ayahnya bernama Mashaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil ia mendapat pelajaran dari ayahnya sendiri sampai umur 18 tahun. ia mendapat pelajaraan dalam hal membedah. Oleh karena itu, perhatianya banyak tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama biologi. Tatkala ayahnya meninggal, ia pergi ke Athena dan belajar pada Plato di Akademia. 20 tahun ia menjadi murid Plato. Ia rajin memebaca dan mengumpulkan buku-buku. Dirumahnya disusun bibliotik. Menurut kesaksian Strabo, seorang sejarawan Yunani-Romawi, itulah Sebagai bibliotik pertama di Athena, bahkan dalam sejarah manusia. Aristoteles sangant kagum dengan Plato sehingga ia mendirikan perpustakaan filsafat sendiri untuk menghormati gurunya. Yang dinamai ”Rumah Pembaca”. Ia juga memperdalam pelajaran matematika yang diperoleh di Akademia, diperdalam pada guru-guru astronomi yang terkenal, yaitu Eudoxos dan Kalippos. Bahkan ia pun memperdalam retorika. Setelah Plato meninggal, kemenakanya, Speusippos, yang mengganti Akademia. Pada saat itu Aristoteles meninggalkan Akademia meninggalkan Athena bersama murid Plato yang bernama Xenokrates, mungkin mereka tidak setuju dengan Speusippos yang mempunyai kecenderungan ingin menyetarakan filsafat dengan matematika. Mereka berangkat ke Assos di pesisir Asia Kecil, dimana Hermeias pada waktu itu berkuasa. Hermeias sendiri adalah alumni Akademia dan atas permintaanya Plato telah mengirim dua orang murid, Erastos dan Koriskos, supaya mereka membuka sekolahan disana. Aristoteles dan muridnya mulai mengajar di sekolah Assos itu. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias, kemenakan dan anak angkat Hermeias. Pada tahun 345 Hermeias ditangkap dan dibunuh oleh tentara Parsi. Lalu Aristoteles dan kawan-kawanya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos. Di Assos dan di Mytilene, Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi, yang data-datanya dikumpulkan dalam bukunya yang bernama historia animalium. Sekitar tahun342 Aristoteles diundang oleh raja Philippos dari Makedonia , anak Amyntas II, untuk menanggung pendidikan anaknya, Alexander, yang pada waktu berusia 13. Pada tahun 340 Alexander diangkat menjadi pejabat raja Makedonia dan empat tahun kemudian ia menggantikan bapaknya sebagai raja Makedonia pada usia 19 tahun. Tugan Aristoteles sudah selesai di istana Pella pada tahun 340. Lalu Aristoteles menetap lama di tempat asalnya Stageira. Dan ia menulis suatu karangan bagi Alexander yang disebut perihal monarki dan tentang pendirian perantauan. Tidak lama setelah Alexander Agung di lantik menjadi raja, Aristoteles kembali ke Athena, dimana Xenokrates sudah menggantikan Speusippos sebagai kepala Akademia. Tetapi ia tidak kembali ke Akademia, ia mendirikan sekolah sendiri yang bernama Lykeion (lyceum). Istrinya, Phytias, meninggal di Athena pada tahun yang tidak diketahui. Perkawinan pertama ini di karuniai dengan seorang anak perempuan. Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis dan di karuniahi anak laki-laki yang bernama Nikomakhos. Pada tahun 323 Alexander Agung wafat. Itu mengakibatkan gerakan anti-Makedonia, dan Aristoteles dituduh karena kedurhakaan (asebeia). Ia meletakan kepemimpinan Lykeion ke dalam tangan muridnya, Theophrastos, dan melahirkan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Dengan mengatakan ” tidak akan membiarkan Athena berdosa terhadap filsafat untuk ke dua kali”. Tetapi pada tahun berikutnya ia sakit dan meninggal di tempat tersebut. Kita masih memiliki teks wasiat Aristoteles yang disimpan oleh Diogenes Laertios. B. Masa Helenitas dan Romawi Sebelum melangkah lebih jauh membahas tentang pemikiran filsafat helenisme, tentunya akan lebih baik jika kita memahami terlebih dahulu apa itu helenisme, agar pembahasan ini dapat difahami secara sistematis dan secara kronologis. Istilah helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa yunani kuno hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani” (to speak or make greek). Helenisme klasik: yaitu kebudayaan yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 sm. Helenisme secara umum: istilah yang menunjuk kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya yunani dan budaya asia kecil, syiria, mesopotamia, dan mesir yang lebih tua. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 sm (masa alexander agung atau meninggalnya aristoteles) hingga 20 sm (berkembangnya agama kristen atau zaman philo) Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang signifikan. Pengkajian tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya ilmu-ilmu spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu alam, gramatika, filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama. Di samping itu, dalam fase ini filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari akal ke arah mistik. Peralihan filsafat Yunani menjadi filsafat Helen-Romawi disebabkan terutama oleh seorang yang bernama Alexandros, murid Aristoteles. Tindakannya yang imperialis menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam satu kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke India. Semuanya itu dijadikan beberapa propinsi kerajaanMacedonia. Bahkan Imperium Persia, kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga pertempuran. Keadaan demikian menyebabkan filsafat Yunani bukan lagi murni produk asli Yunani, tetapi telah terpengaruh oleh budaya bangsa lain. Adat istiadat kuno bangsa Babilonia, beserta takhayul kuno mereka menjadi tak asing lagi bagi pemikiran orang Yunani, demikian pula dualisme Zoroastrian dan agama-agamaIndia, pun membaur dengan pemikiran Yunani. Dan pada akhirnya melihat kawasan yang ditaklukkan semakin luas, akhirnya Alexandros memberlakukan kebijakan yang menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa Yunani dengan bangsa lainnya. Pada era ini, orang berpaling lagi kepada sistem metafisika yang bercorak keagamaan. Dengan bersatunya beberapa bangsa yang dipimpin oleh kerajaan Roma, telah merampas hak-hak bangsa lain yang ingin merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk lagi hati manusia untuk hidup beragama. Tindakan bala tentara Roma yang keras dan ganas dapat memperkuat rasa kemanusiaan, dan dipupuk pula oleh berbagai macam agama lama, yaitu agama Kristen dan Budha. Maka pada saat itu, ajaran filsafat dan ajaran agama kembali berkontaminasi. Menurut Bertrand Russell, pengaruh agama dan non Yunani terhadap dunia Hellenistis pada dasarnya buruk, meski tak sepenuhnya demikian. Hal ini semestinya tak perlu terjadi. Kaum Yahudi, Persia, dan Buddhis semuanya memiliki agama yang jauh lebih unggul daripada politeisme rakyat Yunani, dan bahkan bisa dipelajari oleh para filosof terbaik dengan hasil yang bermanfaat. Sayangnya, adalah bangsa Babilonia, atau Chaldea, yang menananamkan pengaruh paling mendalam terhadap imajinasi bangsa Yunani. Maka masa Hellen-Romawi adalah suatu fase filsafat yang tidak hanya didominasi oleh filsafat asli Yunani. Akan tetapi filsafat pada fase ini bisa dikatakan sebagai filsafat Trans Nasional. Menurut Poerwantana, dkk (1994:68) membagi fase ini menjadi fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang pemikiran filsafatnya hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani, sejak abad ke 4 SM. Sedangkan fase Hellenisme Romawi ialah yang datang sesudah masa tersebut meliputi kerajaan Romawi. Istilah Hellenistik mulai digunakan abad ke 19 oleh sejarawan Jerman Droysen. Untuk memudahkan pengertian periode Hellenisme, Ahmad Tafsir (1990:53), memberikan definisi bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak meninggalnya Aristoteles sampai mulai berkembangnya agama Kristen. Adapun ciri-ciri filsafat Hellenisme diantaranya adalah : - Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini, belajar seperti pada abad ke 20 ini menjadi lebih terspesialisasi. - Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada aplikasi. - Jiwa filsafat Hellenisme ialah aklektik, usaha-usaha diarahkan untuk mengharmoniskan pendapat yang berlawanan. - Etika dijadikan perhatian yang dominan. - Pada zaman ini filsafat lebih lekat dengan agama dibandingkan dengan zaman Hellenis lama (Yunani). Lama periode ini kurang lebih 300 tahun. Jatuhnya filsafat langsung disambung oleh neo-pythagorean dan neo-platonisme. Filsafat Yunani pada masa Hellen-Romawi berkembang dalam bentuk aliran-aliran besar, dalam garis besarnya dapat dibagi dua; masa etik dan masa religi. Berikut penjelasannya. Gambar: Alexandre Agung 1. PERIODE ETIK Periode ini terdiri dari tiga sekolah filsafat, yaitu Epikuros, Stoa dan Skeptis. Nama sekolah yang pertama diambil dari kata pembangun sekolah itu sendiri, yaitu Epikuros. Adapun nama sekolah yang kedua diambil dari kata”stoa” yang berarti ruang. Sedangkan nama skeptis diberikan karena mereka kritis terhadap para filosof klasik sebelumnya. Ajarannya dibangun dari berbagai ajaran lama, kemudian dipilih dan disatukan. A. Epikurisme Gambar: Epikuros Epikuros (341 SM-270 SM) dilahirkan di samos. Ayahnya berasal dari Athena, namun berpindah menjadi warga Samos dan hidup miskin. Ketika umur empat belas tahun ia mulai belajar filsafat. Saat berumur delapan belas ia pergi ke Athena untuk mengesahkan kewarganegaraanya. Namun, di Samos telah terjadi pengusiran terhadap warga Athena yang tinggal disana, sehingga ia terusir bersama ayahnya dan menjadi pengungsi di Asia Kecil. Epikuros kemudian pergi ke Taos. Disana, ia belajar filsafat kepada Nausiphanes, seorang pengikut Democritus. Akan tetapi ia tidak suka terhadap Nausiphanes dan lebih suka terhadap ajaran Democritus. Tak heran, jika dalam filsafatnya, ia sangat di pengaruhi oleh Democritus. Selam hidupnya, Epikuros sering menderita, baik karena peperangan maupun kesehatanya yang memburuk. Namun, ia bisa menjalani hidupnyaa dengan bahagia. Ini sangat sesuai dengan sistem filsafatnya yang mengutamakan kebahagiaan. Epikuros mendirikan sekolah di sejumlah kota dimana ia tinggal, meskipun hanya beberapa tahun. Misalnya, pada tahun 311 SM, ia mendirikan sekolah di Mitylene, menyusul kemudian di Lampsacus, dan pada tahun 307 SM membangun sekolah di Athenaserta menetap disana. Masa hidupnya ia habiskan di athena, dan di sinilah ia meninggal pada tahun 270 SM. Filsafat Epikuros diarahkan pada satu tujuan belaka; memberikan jaminan kebahagiaan kepada manusia. Epikuros berbeda dengan Aristoteles yang mengutamakan penyelidikan ilmiah, ia hanya mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya dan hasil penyelidikan ilmu yang sudah ia kenal, sebagai alat untuk membebaskan manusia dari ketakutan agama. Yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa yang ditanam dalam hati manusia oleh agama Grik lama. Menurut pendapatnya ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham Atheis. Epikuros adalah seorang filosof yang menginginkan arah filsafatnya untuk mencapai kesenangan hidup. Ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik dan perlu diperjuangkan. Kata-katanya yang terkenal yaitu “kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang berkah”. Kenikmatan yang dimaksud disinsi adalah kenikmatan fisik. Hal ini dapat di ketahui dari kata-katanya yang lain, “aku tidak tahu bagaimana caranya mengonsepsikan kebaikan, jika aku menghindari kenikmatan lidah, menghindari kenikmatan cinta, serta kenikmatan-kenikmatan pendengaran dan penglihatan. Hal ini semata-mata ia lakukan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, tanpa ada yang membatasi. Tetapi terlalu banyak kesenangan akan menggelisahkan batin manusia. Orang bijaksana tahu membatasi diri dan terutama mencari kesenangan rohani, supaya keadaan batin tetap tenang. Menurut Epikuros, ada dua penghalang yang dapat merintangi seseorang untuk meraih kenikmatan yang sempurna, yakini rasa takut kepada dewa dan rasa takut kepada kematian. Bagi Epikuros, dua rasa takut ini tidak masuk akal. Rasa takut kepada dewa tidak mempunyai dasar, lantaran dewa tidak memiliki hubungan dengan panggung kehidupan manusia di dunia. Ia memang mempercayai adanya dewa, namun para dewa, katanya, tinggal abadi di surga dengan segalaa kebijaksanaanya. Sedangkan, rasa takut terhadap kematian juga dianggapnya tidak beralasan. Sebab, selama orang masih bisa merasakan sesuatu, termasuk rasa takut terhadap kematian, ia tidak akan mati. Jadi, sia-sia seseorang memiliki perasaan takut mati, sementara dirinya tidak akan mati selama masih mempunyai perasaan. Sedangkan Menurutnya filsafat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik. 1) Logika. Epikuros berpendapat bahwa logika harus melahirkan norma untuk pengetahuan dan kriteria untuk kebenaran. Norma dan kriteria itu diperoleh dari pemandangan. Semua yang kita pandang itu adalah benar. Baginya pandangan adalah kriteria yang setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran. Logikanya tidak menerima kebenaran sebagai hasil pemikiran. Kebenaran hanya dicapai dengan pemandangan dan pengalaman. 2) Fisika. Teori fisika yang ia ciptakan adalah untuk membebaskan manusia dari kepercayaan pada dewa-dewa. Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika. Segala yang terjadi disebabkan oleh sebab-sebab kausal dan mekanis. Tidak perlu dewa-dewa itu diikutsertakan dalam hal peredaran alam ini. Manusia merdeka dan berkuasa sendiri untuk menentukan nasibnya. Segala fatalisme berdasar kepada kepercayaan yang keliru. Manusia sesudah mati tidak hidup lagi, dan hidup di dunia ini terbatas pula lamanya, maka hidup itu adalah barang sementara yang tidak ternilai harganya. Oleh sebab itu, menurutnya hidup adalah untuk mencari kesenangan. Dari pandangan fisika yang dikemukakan Epikuros, sangat terlihat bahwa ia adalah penganut paham atheisme. Teori-teori yang ia ciptakan adalah untuk menihilkan peran Tuhan di dunia ini. 3) Etik. Ajaran etik epikuros tidak terlepas dari teori fisika yang ia ciptakan. Pokok ajaran etiknya adalah mencari kesenangan hidup. Kesenangan hidup ialah barang yang paling tinggi nilainya. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Badan terasa enak, jiwa terasa tentram. Yang paling penting dan mulia menurutnya ialah kesenangan jiwa. Dari ketiga ajaran Epikuros, jika diaktualisasikan ke dalam agama Islam maka akibatnya bisa fatal sekali. Seorang muslim akan menjadi atheis ketika mengikuti ajaran Epikuros ini. Di sinilah bahaya filsafat jika kita telan mentah-mentah tanpa ada proses penyaringan terlebih dahulu. Apalagi jika tidak dilandasi dengan akidah yang kuat. B. Stoisisme Gambar: Zeno Pendirinya adalah Zeno (366-264 SM) berasal dari Citium, Cyprus. Awalnya ia hanyalah seorang saudagar yang suka berlayar. Suatu ketika kapalnya pecah di tengah laut. Dirinya selamat, tapi hartanya habis tenggelam. Karena itu entah mengapa ia berhenti berniaga dan tiba-tiba belajar filsafat. Ia belajar kepada Kynia dan Megaria, dan akhirnya belajar pada academia di bawah pimpinan Xenokrates, murid Plato yang terkenal. Setelah keluar ia mendirikan sekolah sendiri yang disebut Stoa. Nama itu diambil dari ruangan sekolahnya yang penuh ukiran Ruang, dalam bahasa Grik ialah “Stoa”. Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Dalam literatur lain disebutkan bahwa pokok ajaran etik Stoa adalah bagaimana manusia hidup selaras dengan keselarasan dunia. Sehingga menurut mereka kebajikan ialah akal budi yang lurus, yaitu akal budi yang sesuai dengan akal budi dunia. Pada akhirnya akan mencapai citra idaman seorang bijaksana; hidup sesuai dengan alam. Menurut Stoisisme, jagad raya dari dalam sama sekali ditentukan oleh suatu kuasa yang disebut ”logos” (rasio). Oleh karenanya semua yang terjadi dengan alam berlangsung menurut ketetapan yang tak dapat dielakkan. Jiwa manusia mengambil bagian dalam ”logos” itu. Berdasarkan rasionya, manusia sanggup mengenal orde universal dalam jagad raya. Ia akan hidup bijaksana dan bahagia, asal saja ia bertindak menurut rasionya. Jika memang demikian, ia akan menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara sempurna, supaya dengan penuh keonsyafan ia menaklukan diri pada hukum-hukum alam. Seorang yang hidup menurut prinsip-prinsip Stoisisme, sama sekali tidak memperdulikan kematian dan segala malapetaka lain. Ajarannya tidak jauh beda dengan Epikuros yang terdiri dari tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik. 1) Logika : Menurut kaum Stoa, logika maksudnya memperoleh kriteria tentang kebenaran. Dalam hal ini, mereka memiliki kesamaan dengan Epikuros. Apa yang dipikirkan tak lain dari yang telah diketahui pemandangan. Buah pikiran benar, apabila pemandangan itu kena, yaitu memaksa kita membenarkannya. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam. Sehingga orang yang memandang itu terpaksa membanarkan dan menerima isinya. Apabila kita memandang sesuatu barang, gambarannya tinggal dalam otak kita sebagai ingatan. Jumlah ingatan yang banyak menjadi pengalaman. Kaum Stoa bertentangan pendapatnya dengan Plato dan Aristoteles. Bagi Plato dan Aristoteles pengertian itu mempunyai realita, ada pada dasarnya. Ingat misalnya ajaran Plato tentang idea. Pengertian umum, seperti perkumpulan, kampung, binatang dan lain sebagainya adalah suatu realita, benar adanya. Sedangkan menurut kaum Stoa, pengetian umum itu tidak ada realitanya, semuanya itu adalah cetakan pikiran yang subjektif untuk mudah menggolongkan barang-barang yang nyata.Hanya barang-barang yang kelihatan yang mempunyai realita, nyata adanya. Seperti orang laki-laki, orang perempuan, kuda putih, kucing hitam adalah suatu realita. Pendapat kaum Stoa ini disebut dalam filsafat pendapat nominalisme, sebagai lawan dari realisme. 2) Fisika : kaum Stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi juga meliputi teologi. Zeno sebagai pendiri Stoa, menyamakan Tuhan dengan dasar pembangun. Dasar pembangun ialah api yang membangun sebagai satu bagian daripada alam. Tuhan itu menyebar ke seluruh dunia sebagai nyawa, seperti api yang membangun menurut sesuatu tujuan. Semua yang ada tak lain dari api dunia itu atau Tuhan dalam berbagai macam bentuk. Menurut mereka dunia ini akan kiamat dan terjadi lagi berganti-ganti. Pada akhirnya Tuhan menarik semuanya kembali padanya, oleh karena itu pada kebakaran dunia yang hebat, itu semuanya menjadi api. Dari api Tuhan itu, terjadi kembali dunia baru yang sampai kepada bagiannya yang sekecil-kecilnya serupa dengan dunia yang kiamat dahulu. 3) Etik. Inti dari filsafat Stoa adalah etiknya. Maksud etiknya itu ialah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Kemudian malaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan. Pelaksanaan tepat dari dasar-dasar itu ialah jalan untuk mengatasi segala kesulitan dan memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Kaum Stoa juga berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi adalah memperoleh “harta yang terbesar nilainya”, yaitu kesenangan hidup. Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum Stoa. C. Skeptisisme Gambar: Pyrrho Pelopor aliran ini adalah Pyrrho (365-275 SM), lahir di kota Elis ia pernah menjadi tentara dalam barisan pasukan Alexander Agung. Dalam penaklukan berbagai bangsa, ia pernah di tugaskan sampai ke india. Skeptis artinya ragu-ragu. Mereka ragu-ragu untuk menerima ajaran-ajaran yang dari ahli-ahli filsafat sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa skeptisisme sebagai suatu filsafat bukanlah sekedar keragu-raguan, melaiankan sesuatu yang bsa disebut keraguan dogmatis. Seorang ilmuwan mengatakan, “saya kira masalahnya begini dan begitu, tetapi saya tidak yakin.” Seorang yang memiliki keingintahuan intelektual berujar, “saya tidak tahu bagaimana masalahnya, tetapi saya akan berusaha mengetahuinya.” Seorang penganut Skeptis filosofis mengatakan, “tak seorang pun yang mengetahui, dan tak seorang pun yang akan bisa mengetahui.” Ini merupakan unsur dogmatisme yang menyebabkan sistem tersebut lemah. Kaum Skeptis, tentu saja, membantah bahwa mereka secara dogmatis menekankan mustahilnya pengetahuan, namun bantahan mereka tidak meyakinkan. Di masa Helen-Romawi ada dua sekolah Skeptis. Kedua-duanya sama pendiriannya, keduanya ragu-ragu tentang ajaran kaum klasik yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diketahui. Tetapi dalam hal apa yang dimaksud dengan sikap ragu-ragu itu, kedua sekolah itu berbeda pahamnya. Sekolah yang satu disebut kaum skeptis aliran Pyrrhon dari Elis. Pyrrhon lahir pada tahun 360 SM dan meninggal pada tahun 270 SM. Sekolah yang kedua disebut Skeptis Akademia, karena aliran ini lahir dalam Akademia yang didirikan oleh Plato. Aliran ini lahir kira-kira seumur orang sesudah Plato meninggal. Untuk lebih lengkapnya, mari kita tinjau satu-persatu. a. Skeptis Pyrrhon Skeptisisme atau serba ragu atau suatu teori pengetahuan atau sebagai ajaran dari berbagai madzhab, dikemukakan pertama kali oleh Pyrrhon, yang pernah menjadi seradu dalam pasukan Alexandros, dan pernah bertugas bersama pasukan itu sampai ke India. Sampai di India ia mempelajari mistik India. Tidak begitu mendalam, tatapi cukup baginya untuk menentukan jalan pikirannya. Tatkala ia kembali ke Elis, kota tempat ia lahir, didirikannya sekolah filsafat. Muridnya cukup banyak. Ia sendiri tidak pernah menuliskan filsafatnya. Tatapi ajarannya itu diketahui orang dari uraian-uraian para pengikutnya. Skeptisisme adalah paham yang mengingkari akan adanya pengetahuan yang sesungguhnya. Dengan demikian paham itu dapat menyelesaikan masalah-masalah teori pengetahuan dengan mengingkari masalah-masalah itu sendiri. Menurut Pyrrhon, kebenaran tidak dapat diduga. Kita harus sangsi terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar. Apa yang orang terima sebagai kebenaran, hanya berdasarkan kepada kebiasaan yang diterima dari orang ke orang. Rupanya saja “benar”. Karena itu orang harus sangsi terhadap hasil pikiran yang disebut benar. Pikiran itu sendiri saling bertentangan. Hal ini cukup ternyata dalam pengalaman. Dari dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatu, mestilah satu yang benar dan yang lainnya salah. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada. Oleh karena itu kebenaran tidak dapat diketahui. Maka dari itu, menurut Pyrrhon, seorang cerdik pandai hendaklah menguasai diri jangan memberi keputusan. Menjauhkan diri dari sikap memutus adalah jalanyang ditunjukkan Pyrrhon untuk mencapai kesenangan hidup. b. Skeptis Akademia Meskipun sekolah ini didirikan oleh Plato, tetapi generasinya tidak lagi mengusung ajaran-ajaran Plato. Para pengikut Plato, terutama di bawah pengaruh Arkesilaos lebih mengutamakan ajaran Plato yang bersifat negatif. Ajaran Arkesilaos berpangkal kepada ajaran Plato yang mengatakan bahwa dunia yang kelihatan ini adalah gambaran saja dari yang asli, bahwa pengetahuan yang didapat dari penglihatan dan pemandangan adalah bayangan pengetahuan, bukan gambaran dari pengetahuan yang sebenarnya. Pengetahuan yang sebenarnya tidak tercapai oleh manusia. Arkesilaos dan para pengikutnya tidak sejauh kaum skeptis Pyrrhon menolak kemungkinan mencapai kebenaran. Mereka terutama menolak dogma-dogma yang dikemukakan oleh kaum Epikuros dan kaum Stoa, bahwa segala pengetahuan berdasarkan pemandangan. Mereka tidak menolak sama sekali kemungkinan untuk mencapai pengetahuan. Norma pengetahuan itu ialah “kemungkinan”. Kaum Skeptis aliran Arkesilaos berpendapat bahwa cita-cita orang bijaksana ialah bebas dari berbuat salah. Kaum Epikuros dan Stoa mengatakan bahwa memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dengan membentuk dalam pikiran hasil pandangan. Menurut Arkesilaos yang seperti itu tidak mungkin. Kriteria daripada kebenaran tidak dapat diperoleh dari pikiran manusia. Sedangkan pikiran berdasarkan kepada bayangan saja, barang-barang yang dipikirkan itu pada dasarnya tidak dapat dikenal. Ketika Arkesilaos talah meninggal, ajaran itu dihidupkan lagi oleh Karneades. Ia mengatakan bahwa kriteria bagi kebenaran tidak ada. Pemandangan-pemandangan tak pernah dapat membedakan dengan shahih pandangan yang benar dan pandangan salah. Tetapi sekalipun kebenaran yang sebenarnya tidak dapat diketahui dan pengetahuan yang shahih tidak dapat dicapai, orang tak perlu bersikap menolak terus-menerus dan menjauhkan diri dari mempertimbangkan sesuatunya. Sebagai pegangan dalam hidup sehari-hari dikemukakan oleh Karneades tiga tingkat “kemungkinan.” Pertama, pemandangan itu mungkin benar. Kedua, kemungkinan itu tidak dapat dibantah. Ketiga, kemungkinan itu tidak dapat dibantah dan telah ditinjau dari segala sudut. 2. PERIODE RELIGI Pada masa etik, agama itu dianggap sebagai sesuatu belenggu yang menanam rasa takut dalam hati manusia. Karena itu agama dipandang sebagai suatu penghalang untuk memperoleh kesenangan hidup. Dan tujuan filsafat menurut Epikuros dan Stoa harus merintis jalan ke arah mencapai kesenangan hidup. Didorong oleh perasaan dan keadaan bangsa Yunani dan bangsa lainnya yang senantiasa merasa tertekan di bawah kekuasaan kerajaan Roma, maka ajaran Etik tidak dapat memberikan jalan keluar. Kemudian perasaan agamalah yang akhirnya muncul sesudah beberapa abad terpendam dapat mengobati jiwa yang terluka. Mulai dari sinilah pandangan filsafat berbelok arah, dari otak turun ke hati. Keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan hidup kembali. Perasaan menyerah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kesenangan rohani. Perasaan bimbang hilang, cinta terikat kepada Tuhan Yang Maha Tinggi.soal rasio tidal ada lagi, soal irasionalisme-lah yang muncul kemudian. Dengan sendirinya, fakultas filsafat berkembang ke jurusan mistik. Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang rasional, melainkan dengan jiwa yang murni. Pada periode ini, ada tiga aliran yang berperan, yaitu aliran Neo-Pythagoras, aliran Philon, aliran Plotinus atau Neo-Platonisme. a. Aliran Neo Pythagoras Gambar: Moderatus Dinamakan Neo Pyithagoras karena ia berpangkal pada ajaran Pyithagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Yang mengajarkannya mula-mula ialah Moderatus dari Gades, yang hidup dalam abad pertama tahun masehi. Ajaran itu kemudian diteruskan oleh Nicomachos dari Gerasa. Untuk mendidik perasaan cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus menghidupkan dalam perasaannya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia. Makin besar jarak itu makin besar cinta kepada Tuhan. Dalam mistik ini, tajam sekali dikemukakan perbedaan antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan barang. Bedanya Tuhan dan manusia digambarkan dalam mistik neo Pythagoras sebagai perbedaan antara yang sebersih-bersihnya dengan yang bernoda. Yang sebersih-bersihnya adalah Tuhan, yang bernoda ialah manusia. Menurut mereka, Tuhan sendiri tidak membuat bumi ini. sebab apabila Tuhan membuat bumi ini , berarti ia mempergunakan barang yang bernoda sebagai bahannya. Dunia ini dibuat oleh pembantunya, yaitu Demiourgos. Kaum ini percaya bahwa jiwa ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari angkatan makhluk turun temurun. Kepercayaan inilah yang menjadi pangkal ajaran mereka tentang inkarnasi. b. Philon Alexandreia / Elektisisme Gambar: Philon Alexandria terletak di Mesir. Di sana bertemu antara filsafat Yunani yang bersifat intelektualis dan rasionalis, dan pandangan agama kaum Yahudi yang banyak mengandung mistik. Pencetusnya adalah Philon. Ia hidup dari 25 SM, sampai 45 M. ia mencapai umur 70 tahun. Ia adalah seorang pendeta Yahudi, karenanya filsafat yang dipelajarinya terpengaruh oleh pandangan agama. Yang menjadi pokok pandangan filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan. Baginya Tuhan itu Maha Tinggi tempatnya. Tuhan hanya dapat diketahui oleh kata-kata-Nya yang terdapat dalam kitab suci, dari alam dan dari sejarah. Tuhan sendiri tidak dapat diketahui oleh manusia dengan panca inderanya. Karena Tuhan itu begitu tinggi kedudukannya, perlulah ada perantara yang menghubungkan Tuhan dengan alam. Makhluk terutama yang terdekat dengan Tuhan ialah “Logos”. Logos itu ialah sumber dari segala cita-cita yang sebagai pikiran Tuhan. Logos juga beredar dalam dunia yang nyata sebagai penjelmaan dari akal Tuhan. Kewajiban manusia yang pertama, menurut mereka, ialah mengasuh jiwa mendekati Tuhan. Kesenangan hidup sebesar-besarnya adalah mengabdi kepada Tuhan. Tujuan tertinggi ialah bersatu dengan Tuhan. c. Neoplatonisme Gambar: Plotinus Merupakan puncak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani. Aliran ini bermaksud menghidupkan kembali filsafat Plato. Sebenarnya ajaran ini semacan sintesa dari semua aliran filsafat pada saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa. Filsuf yang menciptakan sintesa itu adalah Plotinos (204-270 SM). Ia lahir di mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti raja Gordianus III berperang melawan Persia; ia gunakan kesempatan itu untuk mempelajari kebudayaan Persia dan India. Akan tetapi, sebelum ia mempelajarinya, raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Dan Plotinus susah payah lari ke Antakya (Antioch). Pada umur 40 ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu, dan juga mendirikan suatu sekolah filsafat. Tahun 270 ia meninggal di Minturnae, Campania, Italia. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisanya yang berjumlah 45 karangan. Karangan itu dikelompokan menjadi 6 set, tiap set berisi 9 karangan, masing-masing set itu disebut ennead, seluruhnya ada 6 ennead. - Ennead jilid pertama berisi masalah etika dan kematian; - Ennead jilid kedua berbicara tentang kosmologi dan kritik tajam atas agnostisme; - Ennead jilid ketiga membahas masalah ketuhanan, keomanan, kekekalan, waktu, dan keteraturan alam; - Ennead jilid keempat mengkaji masalah tubuh (indera), ingatan, funsi, dan immortalitas jiwa; - Ennead kelima mengulas masalah roh ilahi (divine spirit) dan idea; - Ennead keenam mengurai masalah kebebasan kehendak (free will), tentang ada dan realitas. Seluruh sistem sistem filsafat Plotinus berkisar pada konsep kesatuan. Atau dapat juga kita katakan berkisar kepada Allah, sebab Allah disebut dengan nama ”yang satu” dan semua yang ada berhasrat pula untuk kembali kepada ”yang satu”. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat gerakan dua arah: dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. • Dari atas ke bawah Semua mahluk yang ada, bersama-sama merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai suatu hirarki. Pada puncak hirarki terdapat ”yang satu” (to Hen), yaitu Allah. Setiap taraf dalam hirarki berasal dari taraf lebih tinggi yang paling berdekatan denganya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui jalan pengeluaran atau ”emanasi” seperti air sungai mutlak memancar dari sumbernya. Taraf lebih tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya. Tetapi dalam proses pengeluaran ini taraf lebih tinggi tidak berubah dan kesempurnaanya tidak hilang sedikit pun. Proses pengeluaran di lukiskan Plotinus sebagai berikut. Dari ”yang satu” di keluarkan akal budi (nus). Akal budi ini sama dengan idea-idea Plato yang dianggap Plotinus sebagai intelek yang memikirkan dirinya sendiri. Jadi, akal budi sudah tidak satu lagi, karena disini terdapat dualitas: pemikiran dan apa yang dipikirkan. Dari akal budi itu berasallah Jiwa Dunia (psykhe). Akhirnya, dari Jiwa Dunia dikeluarkan materi (hyle), yang bersama dengan Jiwa Dunia merupakan Jagad Raya. Selaku taraf yang paling rendah dalam seluruh hirarki, materi adlah mahluk yang paling kurang kesempurnaanya dan sumber segala kejahatan. • Dari baawah ke atas Setiap taraf hirarki mempunyai tujuan untuk kembali kepada taraf yang lebih tinggi paling dekat dan karena itu secara tidak langsung menuju ke Allah. Karena hanya manusia yang mempunyai hubungan dengan semua taraf hirarki, dialah yang dapat melaksanakan pengembalian kepada Allah. Hal itu dapat dicapai melalui tiga langkah. Langkah pertama adalah penyucian, dimana manusia melepaskan diri dari materi dengan cara bertapa. Langkah kedua adlah penerangan, di mana ia diterangi dengan pengetahuan tentangg idea-idea Akal Budi. Langkah ketiga adalah penyatuan dengan tuhan yang melebihi dari pengetahuan. Langkah yang terakhir ini di tujnjukan Plotinus dengan nama ”ekstasis”. Porphyrios menceritaka bahwa selama enam tahun ia berada bersama Plotinus, empat kali ia menyaksikan bahwa gurunya mengalami ”ekstasis” itu. Dalam hampir seluruh wilayah hellenitas, Neoplatonisme diterima sebagaai filsafat baru. Pada akhir masa kuno neoplatonisme merupakan aliran intelektual yang dominan, yang seakan-akan bersaingan denganpandangan dunia yang berdasarkan agama kristen. Pada tahun 529 SM. Kaisar Justinianus dari Byzantium, terdorong oleh doktrin agama kristen, menutup sekolah filsafat kafir di Athena. Dan akhir itu biasanya disebut sebagai akhir masa purba Yunani. BAB III KESIMPULAN ANALISIS Mempelajari filsafat yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mitos-mitos yang berkembang di Yunani ketika itu. Manusia memang mahluk sangat sempurna yang diciptakan oleh Allah, berbeda dengan mahluk ciptaan yang lainya. Apakah yang membedakanya? Jawab, yaitu dengan akalnya. Dengan akallah manusia dapat merubah dunia, dapat menciptakan peradaban, dan dapat menjadi khalifah di muka bumi. Mula-mula manusia hanya mengandalkan alam untuk menopang hidupnya, hidup berpindah-pindah (nomanden) dan tergantung pada alam (food gatering). Lalu semakin berjalanya waktu manusia mulai bosan dengan sejalanya hidup yang melelahkan. Sehingga meraka mencari alternatif lain, yaitu mulai bercocok tanam, hidup menetap, dan memproduksi makanan sendiri (food producting). Tak lepas dari itu, manusia juga mulai membuat tempat-tempat ritual, benda-benda sakral dan memilih kepala adat, untuk pemujaan. Mereka menganggap bahwa nenek moyang yang telah meninggal rohnya akan tetap ada dan melindungi mereka, jika mereka membuatkan tempat pemujaan dan mengadakan ritual untuknya, sehingga mereka banyak mempercayai banyak roh yang menjaga sebagai dewa-dewa. Mereka percaya bahwa yang mengatur hidupnya dan alamnya adalah para dewa-dewa itu. Kepercayaan ini berkembang sangat lama dan sangat melekat pada diri manusia, khususnyaa di negeri Athena ketika itu. semakin berjalanya kehidupan. Akal mnusia tidak puas dengan keterangan dongeng-dongeng, mitos-mitos dan kepercayaan yang kemampuanya di luar batas pemikiran. Karena tidak bisa dibuktikan oleh akal. Lalu muncullah para filsuf-filsuf yang meragukan akan kebenaran dongeng dan mitos-mitos, sehingga mereka mulai mencari-cari kebenaran yang sesungguhnya dengan akalnya. Mula-mula mereka mencari tahu apasih alam semesta itu?, dari mana asalnya?. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengantiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh dengan berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad. Awal pergumulan akal dengan mitos-mitos itu terjadi kira-kira abad ke-6 SM. Pergumulan itu umpamanya demikian: menurut mitos, pelangi itu adalah seorang dewa turun dari sorga. Akan tetapi Xenophanes mengemukakan pendapatnya, bahwa pelangi adalah awan, sedangkan anaxagoras berpendapat, bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan. Jelaslah pemikiran kedua tokoh tersebut bukan karena mitos tetapi karena pencarian kebenaran melalui akal mereka. Para pemikir pertama filsafat yang pertama hidup di Miletos, kira-kira pada abad ke-6 SM. Bagaimana percisnya ajaran mereka, sukar ditetapkan, sebab sebelum Plato tidak ada hasil karya para filsuf itu yang telah dibukukan, mereka hanya mengajarkan kepada murid-murid mereka melalui lisan dan tidak dibukukan. Mereka biasanya disebut dengan filsuf-filsuf alam, artinya: mereka adalah para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan ini menjadi sasaran pemikiran mereka. Karena mereka ditakjubkan oleh alam yang penuh keanekaragaman dan gerak ini, mereka menanyakan kepada soal apa yang ada dibelakang semua itu. Contoh filsuf pertama, Thales mengatakan tentang asal usul alam semesta berasal dari air, dari air itulah adanya kehidupan. Akan tetapi sasaran yang diselidiki filsuf-filsuf pertama ini, kajianya lebih luas dibanding dengan sasaran pemikiran yang biasanya diselidiki oleh filsuf pada zaman sekarang ini. pemikiran filsuf pertama meliputi segala sesuatu yang sekarang disebut sebagai ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu bintang-bintang, ilmu hayat, ilmu kedokteran dan ilmu politik. Jadi pada waktu itu belum ada pemisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan khusus seperti yang terjadi pada zaman sekarang. Demikianlah yang diperhatikan para filsul pertama di Miletos itu adalah alam, bukan manusia. Hanya saja harus diingat, bahwa yang dimaksud dengan alam adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi pemikiran mereka dicurahkan kepada apa yang dapat diamati. Banyak sekali pernyataan-pernyataan mereka yang membahas tentang gejal-gejala alam. Bahwa perhatian terhadap gejala-gejala alam itu bersifat filsafati, bukan bersifat keagamaan atau perhatian biasa. Terlihat dari sini merekalah yang menciptakan fodasi asas untuk sebuah bangunan ilmu pengetahuan yang sekarang ini dapat kita nikmati. Gambar: Peta Yunani DAFTAR PUSTAKA Bertens, Kees. 1986. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hakim, Atang Abdul. Saebani, Beni Ahmad. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia. Wiramihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi. Bandung: Refika Aditama. Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Filsafat Hukum: Sejarah, Aliran dan Pemaknaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Press. Rahman, Masykur Arif. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IrCiSoD. Bertens, Kees. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yunani: Kanisius. Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009). Abidin, Zaenal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Surajiyo, Drs. 2005. Ilmu Filsafat Satu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Murtiningsih, Wahyu. Para filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta: IRCiSoD. Murtaningsih, Wahyu. Para Pendekar Matematika dari Yunani hingga Persia. Jogjakarta: DIVA press. Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Hart, Michael H. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta: Midas Surya Grafindo. Garvey, James. 20 Karya Filsafat Terbesar. Yogyakarta: Kanisius. Woodhouse, Mark B. berfilsafat Sebuah Langkah Awal. Yogyakarta: Kasinius. BIOGRAFI PENULIS YUDI PRAYOGA, lahir di desa Wono Asri, kel. Lengkukai kec. Kelumbayan Barat, kab. tanggamus, prov. Lampung, pada tanggal 28 safar 1416 H, anak pertama dari pasangan keluarga Suratman dan Siti Zumroh. Pendidikan formal diawali di SDN 2 Lengkukai(2001), di desa Batu Cepit selama 6 tahun, lalu melanjut ke SMPN 1 Kelumbayan Barat, di desa Jati Ringin.(2007), Kemudian melanjutkan ke MA Al-Hikmah, di kedaton, Bandar Lampung.(2010), dan UIN SGD Bandung (2013), mendapat beasiswa dari Kementrian Agama sebagai PBSB. Sedangkan pendidikan non-formalnya di jalani di madrasah Darul Falah, Wonoasri. pondok pesantren Al-Hikmah, Bandar Lampung. Organisasi: koordinator DEKEL Jam’iatut Toriqotut Tolibin ponpes Al-Hikmah, anggota BANTARA KH. Hasyim Asyari, dll. Prestasi: juara I PBB putera se-Bandar Lampung, juara II kaligrafi Naskah se-Bandar Lampung, sebagai santri berprestasi (PBSB) dari kementrian agama. خيرالناس انفعهم لناس يارب صلى على محمد # الفاتح الخاتم المقرب